Shin Tae Yong Larang Pemain Timnas Makan Gorengan. Mau Tau Kenapa?

- Senin, 27 Desember 2021 | 11:29 WIB
Coach shin tae yong (Instagram@)
Coach shin tae yong (Instagram@)

Lee tidak memahami kalau pemain di Indonesia kebanyakan berasal dari masyarakat dengan kategori ekonomi menengah ke bawah. Mereka bermain bola di tengah desakan ekonomi. Bola adalah malaikat yang memberi harapan bagi keluarga.

Baca Juga: Debut Christiano Ronaldo di MU Ternyata Memberi Sir Alex 'Masalah Besar'

Setelah identifikasi, pelatih Shin & Lee membuat daftar latihan. Porsi utama latihan adalah fisik. Rapor semua pemain dipantau. Mereka ditargetkan bisa bermain keras dan tahan banting saat di lapangan.

Para pemain diberikan weight training. Postur tubuh membesar. Kemampuan juga terus membaik. Pemain timnas diminta kurangi karbohidrat, perbanyak makan sayuran dan protein. Pemain juga dilarang makan gorengan, sebab di situ ada lemak-trans yang tidak baik bagi tubuh. Idealnya, pemain bola hanya memiliki persentase lemak tubuh sebesar 6 – 12%.

Saat Training Center (TC) di Kroasia, fisik pemain mulai membaik. Rata-rata lemaknya sudah di kisaran 6-12%, mirip dengan pemain Korea. Saat itulah, pelatih Shin mulai mengajarkan filosofi bermain bola, juga strategi menang, sesuatu yang hilang di timnas Indonesia selama bertahun-tahun.

Di ajang Piala AFF, timnas ini ikut bertanding. Datang sebagai pasukan muda, tim ini tak punya target. Bahkan mantan pemain senior Malaysia, Safee Sali, sempat memandang remeh tim muda yang minim pengalaman ini. Tim ini diprediksi hanya akan menjadi sasaran tim-tim besar di babak penyisihan.

Siapa sangka, tim ini justru menggila. Kekuatan pemain muda itu malah menggulung permainan Malaysia dan menahan imbang Vietnam yang fisiknya dilatih para juru latih Korea selama bertahun-tahun.

Timnas Indonesia sanggup bermain selama 90 menit, dengan mental yang terus membaik. Dalam pertandingan melawan Singapura, penjaga gawang Nadeo, yang disebut netizen seperti Kepa, malah bisa menggagalkan penalti di menit krusial.

Kini, timnas itu mulai menatap final. Mereka yang tadinya dianggap zero, kini mulai menjadi hero. Berkat para
Ahjusi atau pria paruh baya Korea, yakni jajaran pelatih di bawah Shin Tae Young, mereka siap untuk bermain di final.

Shin Tae Young mulai dicintai banyak orang. Kehadirannya di Indonesia mirip drama Korea. Setelah memegang Timnas Korea, dia bersedia melatih TimNas Indonesia demi membantu ekonomi keluarga. Kini dia mulai dicintai publik Indonesia. Banyak yang menyapa "Jamsahammida" hingga "Saranghaeyo".

We love you Coach!

Apa pun hasil pertandingan di final tak begitu penting lagi. Sebab tim ini telah menunjukkan motivasi, daya tahan, dan rasa lapar akan kemenangan, hal-hal yang selama ini hilang. Mereka siap bertempur habis-habisan.

Di satu media, Asnawi Mangkualam, putra pemain legendaris PSM Makassar, Bahar Muharram, mengaku siap tempur. "Walau pun kami kalah, maka kami akan kalah saat berdiri. Kami akan kalah dalam posisi perang," katanya.
(Yusran Darmawan)

Halaman:

Editor: Fauzan Jazadi

Tags

Terkini

Latihan Perdana Persija Tanpa Thomas Doll

Minggu, 28 Mei 2023 | 21:58 WIB

Usai Pelantikan, PSSI Langsung Berkongres

Sabtu, 27 Mei 2023 | 21:26 WIB
X