Mantan Anggota Komite Etik FIFA: KLB PSSI Bukan Solusi

- Jumat, 28 Oktober 2022 | 15:11 WIB
Dali Tahir Minta Semua Pihak Ikuti Aturan Statuta FIFA dan PSSI. (Dok. Pssi.org) (Dok. Pssi.org)
Dali Tahir Minta Semua Pihak Ikuti Aturan Statuta FIFA dan PSSI. (Dok. Pssi.org) (Dok. Pssi.org)

JAKARTA– Mantan Anggota Komite Etik FIFA, Dali Tahir kembali bersuara terkait adanya desakan digelarnya Kongres Luar Biasa (KLB) PSSI sebagai imbas dari Tragedi Kanjuruhan yang menelan 135 korban jiwa.

Menurut Dali Tahir, pada saat ini KLB PSSI bukanlah solusi.

Sebab, bila menilik pengalaman pada hasil KLB di masa lalu tidak membuat PSSI menjadi lebih baik justru hal tersebut bisa berdampak negatif jika hanya didasari dengan emosi.

"Saya menghargai pandangan tersebut. Tetapi, maaf, Ali Sadikin yang di KLB 1980-an awal, tidak membuat PSSI menjadi lebih baik. Nurdin Halid digempur, didemo selama delapan bulan, juga tidak membuat PSSI menjadi baik. Mengapa? Karena dasar penggulingan itu emosi yang berlebih," ungkap Dali Tahir melalui keterangan pada Jumat (28/10/2022).

Dali mengingatkan bahwa PSSI sebagai sebuah organisasi tunduk pada aturan dan hukum sepak bola, yakni statuta FIFA dan PSSI.

Perlu diketahui untuk mengelar KLB, PSSI diharuskan melewati beberapa tahapan.

Komite Pemilihan harus dibentuk, penyaringan kandidat, lalu mengirim undangan kepada para voters. KLB juga harus diusulkan oleh 2/3 pemilik suara PSSI.

"Ada hukum sepak bola yakni statuta FIFA dan PSSI. Di sana diatur cara bagaimana mekanisme KLB. Taati itu dengan baik dan simpan emosi serta kemarahan di dalam saku," ujar salah satu pendiri klub Arseto Solo tersebut.

Pria yang pernah menjabat sebagai Chairman dari klub asa Australia, Brisbane Roar FC ini mengingatkan KLB PSSI juga berpotensi besar menjadi alasan bagi FIFA untuk kembali menghukum Indonesia karena ada intervensi dari pihak ketiga.

"Sanksi terberat biasanya, bisa saja Indonesia di-ban, yang artinya Indonesia tidak boleh menyelenggarakan pertandingan internasional lagi," tutur Dali.

“Ingat, kita pernah dihukum FIFA karena nafsu sekelompok orang lalu melahirkan PSSI tandingan. Melahirkan kompetisi tandingan. Jangan sampai para separatis itu kembali menunggangi tragedi ini untuk mencapai tujuan mereka merebut kekuasaan,” sambungnya.

Seperti diketahui, Tragedi Kanjuruhan yang terjadi pada awal Oktober 2022 lalu banyak korban yang meninggal karena situasi panik karena chaos hingga ada yang terinjak-injak.

Namun secara medis, penyebab kenapa banyak yang meninggal di Stadion Kanjuruhan diduga karena sesak napas akibat tembakan gas air mata.

Situasi ini juga diperparah karena jumlahnya melebihi kapasitas. Setidaknya ada 4.000 orang yang tidak kebagian tempat duduk.

Halaman:

Editor: Fauzan Jazadi

Tags

Artikel Terkait

Terkini

Olahraga Harus Dilepaskan Dari Politik

Senin, 27 Maret 2023 | 16:31 WIB
X