JAKARTA,suaramerdeka-jakarta.com – Riset baru dari Accenture menyarankan perusahaan di Indonesia untuk mengadopsi strategi Total Enterprise Reinvention yang berkelanjutan. Hal ini diperlukan untuk memanfaatkan kesempatan yang ada dalam menetapkan standar kinerja yang baru, sejalan dengan ambisi Indonesia untuk mencapai status negara dengan pendapatan tinggi pada 2045. Strategi ini dinilai penting agar perusahaan bisa menumbuhkan pendapatan, mengurangi biaya, dan peningkatan neraca yang lebih tinggi.
Salah satu elemen penting dalam strategi tersebut, dan sejalan dengan agenda Indonesia, adalah semakin perlunya inovasi dan implementasi teknologi baru dalam pengelolaan sumber daya yang lebih baik dan ekspansi pasar. Accenture berkesimpulan bahwa setelah masa pandemi, perkembangan teknologi telah secara cepat membentuk ulang industri dan memberi definisi baru pada keunggulan kompetitif. Ini membuat berbagai bisnis di Indonesia memiliki lebih banyak peluang dalam mendorong produktivitas dan menjadi pemimpin di bidangnya masing-masing.
Salah satu cara bagi perusahaan untuk memanfaatkan peluang ini adalah dengan meningkatkan potensi teknologi, termasuk pada aspek pengetahuan, keterampilan, dan sumber daya manusia, terutama terkait teknologi seperti AI dan cloud computing. Berdasarkan penelitian Accenture 64 persen bisnis di Asia Pasifik, dan 75 persen bisnis secara global setuju bahwa serangkaian faktor eksternal, khususnya laju inovasi teknologi, pergeseran preferensi konsumen, dan perubahan iklim, akan semakin mengakselerasi investasi mereka dalam transformasi digital.
Baca Juga: Jasa Armada Luncurkan Kapal Tunda Abimanyu V Senilai Rp 68,9 miliar
Dalam penelitian terbaru Accenture terhadap lebih dari 1.500 eksekutif, muncul tiga jenis perusahaan:
-
Reinventors: sebanyak 8% dari total perusahaan bergerak untuk mengadopsi strategi Total Enterprise Reinvention yang berpusat pada fondasi teknologi digital yang kuat dan cara kerja baru yang membantu mengoptimalkan operasi dan mendorong pertumbuhan.
-
Transformers: sebanyak 86% dari total perusahaan hanya fokus pada transformasi bagian dari bisnis mereka. Mereka memperlakukan transformasi sebagai sebuah program yang terbatas, daripada sebuah proses yang berkelanjutan, meskipun banyak dari 'Transformer' ini mulai menyadari pentingnya membangun batas kinerja baru.
-
Optimizers: sebanyak 6% dari total perusahaan berfokus pada transformasi fungsional yang terbatas dalam ruang lingkup dan misi, dengan tidak menempatkan teknologi sebagai pendukung signifikan transformasi mereka.
Baca Juga: Kanada Gandeng Universitas Prasetiya Mulya untuk Atasi Masalah Perubahan Iklim di Indonesia
Sedangkan dari sisi manfaat finansial, Accenture menemukan bahwa para Reinventors mencatatkan pertumbuhan pendapatan inkremental (22%), peningkatan pengurangan biaya (21%), peningkatan neraca (20%) yang lebih tinggi dibandingkan perusahaan lainnya.
Selain itu, perusahaan-perusahaan Reinventors juga akan beroperasi secara lebih cepat dan memiliki nilai finansial 1,3 kali lebih banyak dalam enam bulan pertama dibandingkan para perusahaan Transformers.
Adapun Perusahaan yang mengadopsi Total Enterprise Reinvention menunjukkan enam karakteristik:
Baca Juga: Perpustakaan Bisa Menjadi Pusat Pembelajaran
-
Reinvention adalah sebuah strategi. Bukan lagi sebuah upaya eksekusi.
Artikel Terkait
Kuasai Startegi Bisnis di Era Digital
Danone Indonesia dan Kampus Bisnis Umar Usman Ajak 300 UMKM Ikut Program Damping
Rivan A. Purwantono: Digitalisasi Proses Bisnis dan Kolaborasi Jurus Jasa Raharja untuk Hadapi Tantangan 2023
Peringati Hari Peduli Sampah Nasional, Tokopedia Dukung Pelaku Bisnis Ramah Lingkungan Asal Bandung dan Bali
Rivan A. Purwantono: Digitalisasi Proses Bisnis dan Kolaborasi Jurus Jasa Raharja untuk Hadapi Tantangan 2023