JAKARTA, suaramerdeka-jakarta.com - Branch Manager FIFGROUP Manadao dan Presiden Indonesian Marketing Association (IMA) Manado, Yohanis Batara Randa menyampaikan rasa syukur atas perputaran ekonomi yang cukup baik di kota Manado pada tahun 2022 hingga 2023.
"Perputaran ekonomi yang baik berdampak terhadap sektor ritel. Dengan adanya negosiasi untuk membuka akses pariwisata di Indonesia, bisnis ritel juga dapat berkembang," ujarnya.
Kekagumannya terhadap pakar pemasaran Indonesia, Hermawan Kartajaya selaku Founder & Chairman MarkPlus Corp. Yohanis menyatakan salah satu tindakan preventif yang dapat dimanfaatkan dalam menghadapi ancaman pandemi Covid-19, rupanya juga menyinggung ilmu dari bapak pemasaran Indonesia ini.
"Ketika pandemi Covid-19 datang, kami menggunakan ilmu dari Hermawan Kartajaya untuk mengidentifikasi peluang di setiap bencana. Saat ini, pengusaha lokal juga bisa sejajar dan bahkan mengalahkan pengusaha besar," tuturnya.
Seperti diketahui bahwa di tengah kestabilan pariwisata dan perekonomian yang kian meningkat di era pasca Covid-19, rupanya hal ini berbanding terbalik dengan situasi yang dialami oleh kota Manado.
Rudini Putra Wijaya selaku Direktur Operasional Manado Town Square mengatakan bahwa selama pandemi Covid-19, perkembangan pariwisata dan perekonomian kota Manado bersifat stagnan.
Selain pandemi Covid-19, faktor pendukung lainnya seperti banjir bandang, inflasi, dan kesulitan supply barang juga berdampak negatif terhadap pariwisata dan perekonomian kota Manado.
Pasca pandemi Covid-19, pada Agustus 2022 wisatawan dari mancanegara yang berkunjung ke Sulawesi Utara meningkat sebesar 4,39 persen. Peningkatan tersebut mempengaruhi perputaran ekonomi di kota Manado untuk kian meningkat.
Menanggapi antusiasme wisatawan dari mancanegara untuk mengunjungi kota Manado, Rudini berharap bahwa tahun 2023 dapat menjadi tonggak pencapaian sektor ritel untuk berkembang pesat.
"Indonesia adalah salah satu negara dengan perekonomian yang paling stabil, sehingga masa depan ritel di Manado dapat berlabuh ke arah lebih baik. Indonesia termasuk negara yang tidak mengalami dampak terlalu parah jika dibandingkan dengan Amerika Serikat dan Republik Rakyat Tiongkok," tambah Rudini.***