Indonesia Masih Jadi Mesin Ekonomi Utama di Asia Tenggara

- Jumat, 3 Maret 2023 | 20:53 WIB
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto dalam pertemuan Round Table Discussion: Indonesia & Australia Trade and Investment Initiative. (Biro KLIP Kemenko Perekonomian)
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto dalam pertemuan Round Table Discussion: Indonesia & Australia Trade and Investment Initiative. (Biro KLIP Kemenko Perekonomian)

JAKARTA, suaramerdeka-jakarta.com - Konsumsi yang kuat serta ekspor dan investasi yang berjalan baik, membuat perekonomian Indonesia tumbuh impresif. Yakni di angka 5,3 persen pada tahun 2022.

"Selain ekonomi yang tumbuh positif di tengah tantangan global, Indonesia juga menjadi mesin ekonomi utama di Asia Tenggara. Yang mana melingkupi 40 persen populasi Asia Tenggara dan 35 persen dari PDB Asia Tenggara," kata Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto.

Hal itu disampaikannya secara virtual dalam pertemuan Round Table Discussion: Indonesia & Australia Trade and Investment Initiative. Acara tersebut diselenggarakan oleh BDO Indonesia.

"Akses ke Indonesia berarti masuk di salah satu kawasan paling stabil secara politik dan ekonomi di dunia. Investor harus mempertimbangkan Indonesia sebagai pasar, basis produksi dan pusat ekspor," ujarnya.

Terpisah, Direktur Indonesia Development and Islamic Studies (IDEAS) Yusuf Wibisono mengatakan, agenda menjaga momentum pertumbuhan ekonomi di masa resesi global sebaiknya difokuskan pada tiga hal. Yaitu perekonomian daerah, insentif pada sektor informal yang menjadi penyelamat saat masa krisis dan menjaga inflasi pangan.

"Investasi harus didorong untuk lebih ke daerah, mengembangkan sektor yang lesu karena pandemi maupun menopang perekonomian. Adapun tiga sektor yang terdampak pelemahan ekonomi dunia adalah komoditas, industri manufaktur dan pariwisata," tandasnya.

Momentum
Menurutnya, strategi terbaik yang dapat didorong untuk menjaga momentum pertumbuhan daerah di masa resesi global adalah dengan mengarahkan investasi publik yang optimal. Khususnya di sektor-sektor tersebut.

"Yakni dengan diiringi dukungan regulasi dan kelembagaan yang optimal. Kemudian, pemerintah perlu menjaga inflasi pangan," tegasnya.

Dijelaskan, menjaga daya beli rakyat dilakukan dengan mengintensifkan bansos. Selain itu juga menjaga inflasi, terutama inflasi pangan.

"Fokus menekan inflasi pangan menjadi krusial. Hal itu karena harga pangan cenderung fluktuatif, sangat mudah melonjak ketika terjadi gangguan dalam produksi atau rantai pasok," jelasnya.

Dia menambahkan, mengintensifkan bansos untuk menjaga daya beli masyarakat menjadi penting. Terutama untuk akses rakyat ke pangan.

"Inflasi pangan yang tinggi akan memberi pukulan besar bagi daya beli masyarakat. Terutama kelas menengah-bawah, dimana pangan merupakan komponen terbesar pengeluaran mereka," ucapnya.

Melonjak
Sebab jika inflasi pangan tidak bisa dikendalikan, maka ke depan angka kemiskinan dipastikan akan melonjak. Agenda menekan inflasi pangan yang terpenting adalah mengamankan produksi pangan domestik.

"Terutama dengan menjamin ketersediaan dan stabilitas harga input pertanian di tingkat petani. Khususnya benih, pupuk dan pengairan," paparnya.

Halaman:

Editor: Arif Muhammad Iqbal

Tags

Terkini

X