YOGYAKARTA,suaramerdeka-jakarta.com- Pertumbuhan ekonomi indonesia pada tahun 2022 diperkirakan terakselerasi jika pandemi terus membaik.
Hal ini disampaikan Direktur Utama Lembaga Pengembangan perbankan Indonesia (LPPI) Mirza Adityaswara dalam sambutannya pada Seminar Indonesia Risk Management Outlook di Yogyakarta, hari ini, Kamis 27 Januari 2022.
Menurut Mirza pelonggaran pembatasan sosial di banyak negara turut mendorong peningkatan aktivitas ekonomi global sehingga menambah kepercayaan pelaku usaha termasuk di Indonesia.
Baca Juga: Realisasi Belanja Kementerian PUPR Tahun 2021 Capai 94,4%, Lebih Baik Dari Tahun 2020
Hal itu diperkirakan akan menjadi faktor yang menyebabkan pertumbuhan kredit pada tahun ini akan tumbuh lebih besar dibanding tahun sebelumnya.
Meski begitu, pelaku bisnis tetap harus mewaspadai bebrapa hal yang bisa mengancam pemulihan seperti ancaman inflasi. Diperkirakan Bank Sentral AS akan mulai menaikkan suku bunga acuannya setelah rencana normalisasi kebijakan moneternya dijalankan.
Hal itu tentu akan mempengaruhi kebijakan moneter dalam negeri dan mengancam kestabilan harga domestik serta nilai tukar rupiah.
Baca Juga: Menteri Basuki : Kualitas Pembangunan Infrastruktur Ditentukan oleh Para Insinyur
"Terpantau, The Fed berencana menaikkan suku bunganya pada pertengahan tahun 2022.Suku bunga global mungkin akan naik tahun ini tapi secara perlahan," ujar Mirza.
Inflasi domestik diakui memang merupakan salah satu faktor yang harus diwaspadai dan akan memaksa bank sentral mempertimbangkan langkah menaikkan suku bunga.
Namun demikian, Mirza meminta perbankan untuk tidak langsung merespons kemungkinan itu dengan menaikkan bunga. Menurut mantan Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia itu hingga saat ini likuiditas perbankan masih terpantau di level aman.
Baca Juga: Kementerian PUPR Selesaikan Pembangunan 96 Lokasi Jembatan Rusak dan Longsor Pascabencana NTT
Sementara itu Kepala Kantor Regional 3 OJK Jateng-DIY Aman Sentosa menjelaskan munculnya wabah Covid-19 pada akhir tahun 2019 telah melumpuhkan aktivitas ekonomi pada 2020. Permintaan menurun dan aktivitas produksi menurun.
Bahkan, sampai akhir tahun 2020 ekonomi global mengalami kontraksi hingga 3,5 persen dan sebanyak 170 negara mengalami tekanan ekonomi.
Artikel Terkait
Masyarakat pada Level Usaha Mikro dan Ultra Mikro Tampak Belum Terjamah oleh Dunia Perbankan
Konsisten Dalam Mengembangkan Perbankan Digital, Bank DKI Raih Penghargaan Top Digital Awards 2021
Ketua DK LPS : Stabilitas Sistem Keuangan & Likuiditas Perbankan Faktor Utama Pertumbuhan Ekonomi