Baca Juga: PPI Member ID Food Sabet 2 Kategori dalam Anugerah BUMN 2022
Sejauh ini pasar saham Asia menunjukkan kinerja yang cukup resilien, beberapa faktor utama seperti valuasi yang atraktif, akselerasi ekonomi di tengah normalisasi pertumbuhan ekonomi negara maju, dan pertumbuhan laba emitennya yang solid menopang kinerja.
Di samping itu inflasi yang relatif terkendali (intervensi pemerintah untuk membatasi kenaikan harga komoditas guna menjaga daya beli masyarakat), kenaikan harga komoditas yang menguntungkan beberapa negara penghasil komoditas, serta potensi perlambatan kenaikan suku bunga mendorong sentimen yang lebih positif terhadap Asia.
Tadi sudah dibahas mengenai peluang investasi dari Asia, bagaimana pandangannya terhadap Indonesia?
Baca Juga: Tayang 31 Maret di Bioskop, Rio The Survivor Ingin Gugah Kepedulian Masyarakat pada Masalah Sosial
Berbeda dengan negara maju yang mengalami normalisasi, Indonesia justru diuntungkan oleh momentum pemulihan ekonomi yang terus berlanjut seiring dengan pulihnya mobilitas masyarakat dan meningkatnya vaksinasi.
Investasi juga turut mendorong pemulihan ekonomi dimana komponen ini terus meningkat dan realisasi investasi mencapai rekor tertinggi di kuartal terakhir 2021.
Tidak hanya dari sisi domestik saja, sisi ekternal juga memberikan kontribusi yang positif terhadap perekonomian.
Baca Juga: Rara Sang Pawang Hujan Mengklaim, Gempa Bisa Diajak Komunikasi Biar Tak Terjadi Gempa Susulan
Pemulihan ekonomi global dan gangguan rantai pasokan menjadi katalis bagi harga komoditas utama Indonesia seperti batu bara, kelapa sawit, dan nikel yang memberikan kontribusi bagi devisa negara dan membantu stabilitas nilai tukar Rupiah.
Posisi Indonesia sebagai net eksportir komoditas juga memberikan efek lindung nilai dari kenaikan harga komoditas karena konflik Rusia – Ukraina.
Hal ini juga memberikan trickle-down effect terhadap perekonomian secara keseluruhan lewat meningkatnya kesejahteraan masyarakat yang bekerja dan berhubungan dengan sektor yang bersangkutan.
Baca Juga: Swiss Terbuka 2022: Ganyang Pasangan Malaysia, Fajar/Rian ke Final
Di tengah aksi jual terhadap aset berisiko yang terjadi selama beberapa minggu terakhir bagaimana pergerakan nilai tukar Rupiahsudah jauh lebih baik (sempit) bahkan dibandingkan dengan kondisi normal beberapa tahun yang lalu.
Kondisi ini ditopang oleh fundamental makro ekonomi dan dinamika pasar finansial domestik yang suportif:
§ Kinerja ekspor yang solid didukung harga komoditas yang tinggi.
§ Peranan investor domestik yang meningkat di pasar obligasi dan saham.
§ Skema burden sharing Bank Indonesia menopang stabilitas pasar.
§ Indikator makroekonomi dan eksternal yang solid (cadangan devisa tinggi, surplus pada transaksi berjalan, CDS stabil).
Artikel Terkait
SEEKING ALPHA – NOVEMBER 2021 Narsum: Syuhada Arief – Senior Portfolio Manager, Fixed Income PT Manulife As
SEEKING ALPHA – JANUARI 2022 Narsum: Syuhada Arief – Senior Portfolio Manager, Fixed Income PT Manulife As
Manulife Aset Manajemen Indonesia: Dampak Krisis Ukraina Relatif Terbatas