Keempat pilar tersebut yaitu Fair and Resilient Trade, Supply Chain Resilience, Infrastructure, Clean Energy dan Decarbonization; dan Tax and Anti-Corruption. Dia menitikberatkan penjelasan IPEF pada pilar Fair and Resilient Trade.
“Yang mencakup penyusunan prinsip-prinsip, aturan, standar, kolaborasi terkait ekonomi digital. Yang dewasa ini menimbulkan tantangan serta oportunitas tersendiri,” ucapnya.
Keterikatan
Ditegaskan, AS berupaya membangun suatu keterikatan yang didukung oleh sektor bisnis di kawasan. Yakni melalui pembangunan ekonomi yang semakin tangguh, berkelanjutan, memberikan lebih banyak insentif bagi dunia usaha dan meningkatkan inklusifitas.
“Namun bukan sesuatu yang dipandang sebagai kebijakan anti Tiongkok. IPEF bukan kerangka kerja sama perdagangan tradisional dan memerlukan keterikatan yang lebih erat dalam menciptakan inovasi kerja sama perdagangan baru dengan negara atau ekonomi baru,” jelasnya.
AS juga sangat terbuka dalam mengembangkan sesuatu yang inovatif dan berbeda. Yang mungkin akan memiliki elemen-elemen perjanjian perdagangan sebagai platform untuk melanjutkan kolaborasi,” ungkapnya.
Pada pertemuan dibahas juga beberapa isu yang menjadi perhatian Indonesia dan AS. Isu tersebut di antaranya tentang rokok keretek, WTO, dan beberapa isu bilateral seperti Generalized System of Preferences (GSP), Intellectual Property Right (IPR), serta komitmen dalam kesepakatan Indonesia-AS.
Pada pertemuan, kedua perwakilan akan mengupayakan pertemuan bilateral lanjutan di sela Pertemuan Asia Pacific Economic Cooperation Ministers Responsible for Trade APEC-MRT atau Pertemuan the Twelfth WTO Ministerial Conference (MC-12) mendatang.