Pelemahan Rupiah Tak Perlu Disikapi Berlebihan

- Selasa, 25 Oktober 2022 | 21:02 WIB
Ilustrasi pelemahan rupiah dan mata uang dunia.  (Shutterstock)
Ilustrasi pelemahan rupiah dan mata uang dunia. (Shutterstock)

JAKARTA, suaramerdeka-jakarta.com - Bank Indonesia (BI) dinilai kurang agresif dalam menaikkan suku bunga acuan. Kebijakan menaikkan suku bunga dua kali sebesar 50 basis poin, terlambat dari sentimen pasar.

“BI berusaha agresif dan menurut mereka sudah agresif, dua kali kenaikan 50 bps. Itu memang agresif, namun telat," kata pengamat pasar uang Lukman Leong, Selasa (25/10).

Menurutnya, saat pasar berharap 50 bps, agresif yang dikatakan oleh BI sebagai preventif seharusnya 75 bps. Jauh jika dibandingkan The Fed yang sangat agresif.

Saat ini suku bunga acuan BI berada di angka 4.75 persen. Alasannya menurut Lukman, BI kurang yakin dengan angka inflasi.

“BI sendiri kurang begitu yakin inflasi kedepan bisa mencapai berapa. Itu masih tanda tanya, diperkirakan Oktober saja sudah diatas 6, paling tidak 8 persen tercapai sampai akhir tahun,” tandasnya.

Diwaspadai
Angka inflasi 8 persen lanjut dia, harus diwaspadai karena efek inflasi spiral. Harga yang sudah naik, akan naik lagi saat harga-harga lain naik.

suku bunga yang tidak menarik, membuat investor keluar dari Indonesia, baik dari obligasi maupun saham. Investor mengalihkan aset mereka ke mata uang dollar, sehingga rupiah melemah.

"Diperkirakan rupiah bisa menyentuh angka 16 ribu rupiah. Yang penting, sentimen investor negatif, kalau sudah negatif seperti sekarang, investor sekarang sudah melepas semua," tegasnya.

Karena tidak menarik dengan suku bunga yang ada sekarang. Tekanan pada mata uang dan inflasi yang kian tinggi, mesti diwaspadai pemerintah.

"Salah satu cara yang bisa dilakukan, adalah memastikan ketersediaan bahan pangan dan mengendalikan harga dengan operasi pasar," ucapnya.

Koordinasi
Pemerintah sendiri terus menjaga inflasi dengan koordinasi dan sinergi antara TPID-TPIP. Kemudian operasi pasar juga digalakkan.

“Sehingga diimbau bagi seluruh daerah untuk meningkatkan pelaksanaan operasi pasar maupun program Ketersediaan Pasokan dan Stabilisasi Harga (KPSH) berkoordinasi dengan Bulog setempat,” papar Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto.

Sementara itu, Direktur Eksekutif Segara Institute Piter Abdullah Redjalam mengungkapkan, pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS tidak perlu disikapi dengan ketakutan berlebih. Menurutnya kondisi perekonomian nasional masih relatif aman.

"Kendati rupiah terdepresiasi terhadap dolar AS yang terus menguat. Walaupun kita mengalami tekanan rupiah. Belum menjadi sesuatu yang membahayakan perekonomian kita," ungkapnya.

Halaman:

Editor: Arif Muhammad Iqbal

Tags

Terkini

MenKopUKM Bahas Penghapusan Kredit Macet UMKM

Kamis, 30 Maret 2023 | 13:34 WIB

Menyemarakkan KA Di Sulawesi Selatan

Kamis, 30 Maret 2023 | 13:26 WIB

Strategi BNI Genjot Pertumbuhan Kredit Ekspor

Jumat, 24 Maret 2023 | 19:46 WIB
X