JAKARTA, suaramerdeka-jakarta.com – Istilah overthinking seolah sedang menjadi trending topik saat ini.
Overthinking menjadi salah satu penyebab berbagai masalah, salah satunya menyebabkan emosi tak terkontrol.
Hidup memang tak pernah lepas dari masalah. Namun terus menerus berpikir secara berlebihan (overthinking) akan berdampak pada kesehatan mental seperti; stress, cemas, takut hingga berakibat kepada kesehatan fisik.
Beberapa penelitian mengatakan manusia berpikir kurang lebih 70.000 kali setiap harinya. Bahkan pada saat memiliki masalah, otak akan terus ‘loncat-loncat’ like jumping monkey.
Baca Juga: Hanya Berperan 20 Persen, Faktor Genetik Bukan Penyebab Tubuh Pendek
Iis Anthea, seorang life transformation coach mengatakan hal ini pada sharing session Gerakan #akuberdaya yang digagas desainer Nina Nugroho bekerjasama dengan TEMPA Trainers Guild (TTG), sebuah asosiasi yang mewadahi para trainers dari berbagai kepakaran, pada Minggu, 19 Desember 2021.
Dijelaskan Iis, asal kata overthinking adalah over (berlebih) dan thinking (berpikir). Overthinking sendiri adalah sebuah gejala, jadi bukan penyakit yang sesungguhnya.
“Overthinking, berpikir terlalu berlebihan. Memikirkan masa lalu yang sudah berlalu, masa depan yang belum terjadi. Hal tersebut berulang-ulang terjadi. Sehingga waktu kita habis hanya untuk memikirkan sesuatu yang seharusnya tidak dipikirkan. Capek nggak sih? Pastilah,” ungkap Iis.
Menurut Iis, bisa dibayangkan orang yang setiap saat terus berpikir, dimana dalam kehidupan luar saja sudah berisik, ditambah lagi di dalam otaknya juga tak kalah berisik. Akibatnya otaknya terdistraksi oleh berbagai macam masalah.
Baca Juga: PPI Masuk Kategori BUMN Perdagangan Terbaik Kategori Jasa, Perdagangan dan Pariwisata
Distraksi ini kini didominasi oleh keterikatan kita dengan social media, seperti WhatsApp, Instagram, FB bercampur dengan deadline kerja, ekspektasi, masalah hidup dan belum bisa move on dari mantan.

“Jika tidak mampu memilah-milah masalah yang harus dipikirkan, akibatnya hidup terasa penuh tekanan. Dengan kondisi ini, tidak menutup kemungkinan berdampak pada kesehatan mental dan kestabilan jiwa,” urai Iis.
Overthinking dapat dialami oleh siapapun, namun yang paling sering terjebak pada kondisi ini adalah para kaum wanita. Hal ini dipicu oleh tingginya tingkat kekhawatiran wanita dibanding pria.
Artikel Terkait
Sharing Session #akuberdaya Nina Nugroho 3 Aspek Ini Tanda Jiwa Sedang Tak Sehat, Lakukan Self Healing
Sharing Session #akuberdaya Nina Nugroho: ASI Perah Tak Hanya Diperlukan Oleh Ibu Bekerja