JAKARTA,suaramerdeka-jakarta.com – Kelompok Studi Dermatologi Kosmetik Indonesia (KSDKI), hari ini meluncurkan publikasi Pedoman Injeksi Toksin Botulinum yang pertama di Indonesia. Dimana pedoman tersebut memberikan informasi kepada praktisi estetika dalam memberikan pelayanan terbaik dan aman kepada pasien.
Sejak 1999, injeksi Toksin Botulinum telah menjadi prosedur estetika yang paling banyak
dilakukan di dunia. Selain itu, ini juga merupakan pilihan perawatan lini pertama untuk
berbagai kondisi medis seperti distonia leher dan kekakuan tungkai. Secara global,
penggunaan Toksin Botulinum dalam estetika telah meningkat karena semakin banyak
pasien yang mencari perawatan dan perluasan indikasi off-label. Khususnya di Indonesia,
dimana pertumbuhan tersebut diperkirakan akan terus bertambah seiring dengan
meningkatnya tren pasien estetika dari generasi yang lebih muda. Perawatan Toksin
Botulinum bersifat sementara dan dapat berkurang seiring waktu, injeksi berulang
diperlukan untuk mempertahankan efek perawatan.
Selama ini para praktisi estetika menggunakan pedoman Barat yang sudah ditetapkan
dalam penggunaan Toksin Botulinum yang beredar. Namun khususnya di Indonesia, setiap
orang memiliki kekhasan anatomi wajah sendiri dan memiliki kebutuhan yang berbeda-beda
dalam penggunaan Toksin Botulinum dalam perawatan estetika mereka. Berlatar belakang tersebut, Pedoman Injeksi Toksin Botulinum ditujukan untuk meningkatkan pengetahuan para praktisi estetika tentang teknik-teknik klinis dalam injeksi, cara kerja, indikasi, kontraindikasi, efek samping Toksin Botulinum serta imunogenitasnya.
Baca Juga: Tips Aman dan Nyaman Melakukan Pemasaran Berbasis Google Ads
Imunogenisitas ini berkaitan dengan pengurangan atau tidak adanya efek terapeutik setelah
perawatan awal yang berhasil, karena injeksi berulang Toksin Botulinum yang merangsang
pembentukan antibodi; termasuk antibodi netralisasi (NAbs) yang dapat melawan aktivitas
biologisnya.
Mengingat meningkatnya tren saat ini dalam penggunaan Toksin Botulinum untuk
perawatan estetika, penting bagi praktisi untuk melakukan penilaian klinis menyeluruh,
menginformasikan pasien tentang risiko perawatan, mengembangkan rencana perawatan
Toksin Botulinum untuk meminimalkan resistensi imun dan mempertahankan pilihan Toksi Botulinum sebagai perawatan lanjutan dengan hasil yang memuaskan.
Baca Juga: Konsumen Muslim Indonesia Masa Kini
Artikel Terkait
Kalahkan Dark Spot dengan NIVEA Super 10 Vitamin Body Serum
Kolaborasi Kreativitas TACO dan HDII di Jakarta Fashion Week 2023
Peringati Hari Sumpah Pemuda, URBAN&CO Gerakkan Campaign Under The Sky
Mendapatkan Kulit Putin Tanpa Suntik? Ini Caranya
Tokopedia Beauty Awards 2022 Kembali Hadir, Tokopedia dan Dokter Kecantikan Kupas Tuntas Lima Fakta dan Mitos
Sinergi Bareng Maudy Ayunda, Aeris Beauté Ciptakan Produk Alat Kecantikan Terbaik
Ibu-Ibu Indonesia Unjuk Gigi di Worldwide International 2022
Booth Neo Kosmetika di Event Cosmobeaute 2022 Sediakan Konsultasi dan Sample Gratis
Krisdayanti sampai Hans Virgoro Hadir di Ultah Beauty Inc Ke 15
Tinkerlust Merilis Impact Report 2022 Unlocking Fashion Sustainability dan Circular Economy Untuk Konsumsi