JAKARTA, suaramerdeka-jakarta.com - Dari sejumlah update penelitian, termasuk terbitan Cochrane pada 17 November kemarin, vape alias e-cigarette berhasil terbukti secara efektif membuat orang berhenti merokok tembakau. Cochrane merupakan sebuah jaringan internasional non-profit berbasis di Inggris terdiri dari para peneliti yang menitikberatkan pada persoalan kesehatan menyebut bahwa vape berunsur nikotin sekalipun 95% lebih aman daripada rokok tembakau dan dapat menyetop kebiasaan orang-orang dalam merokok konvensional.
Vape bahkan disebut jauh lebih efektif ketimbang NRT atau Nicotine Replacement Therapy alias terapi/metode mengganti kebiasaan menghisap nikotin seperti mengunyah permen karet misalnya. Seperti yang dimuat di website-nya, Cochrane.org, paling sedikit dalam kurun waktu 6 bulan mengkonsumsi rokok elektrik, orang-orang bisa berhenti menghisap rokok tembakau.
Dr. Jamie Hartmann-Boyce, seorang profesor di University of Oxford sekaligus Editor dari Cochrane Tobacco Addiction Group, menyatakan bahwa selama ini terjadi kesalah-pahaman masyarakat soal rokok elektrik. Sejak dipopulerkan oleh media massa 10 tahun lalu, publik seolah-olah dibuat ‘tidak’ semangat berhenti merokok melalui vape. Berkat penelitian demi penelitian, termasuk support Michelle Mitchell, chief executive Cancer Research Inggris, pihaknya lega mengabarkan bahwa rokok elektrik efektif membantu orang berhenti merokok (konvensional).
Baca Juga: Hari Jadi Tosca ke 6 dan Polairud ke 72 Kolaborasi Tanam 1000 Pohon Mangrove
Dijelaskan pula oleh Dr. Nicola Lindson, seorang University Research Lecturer dari University of Oxford, rokok elektrik bukan “membakar” tembakau, tidak ditemukan pula dampak yang berpotensi buruk atau membahayakan kesehatan sebagai bagian dari proses berhenti merokok tadi. Meski tetap bukan berarti bebas risiko, serta tidak dianjurkan untuk dikonsumsi oleh anak-anak atau remaja.
Sistem vape yang mengubah zat-zat nikotin dan kimia lainnya untuk dihirup ini memang sempat jadi perdebatan di kalangan publik dan pihak kesehatan tentunya. Di Amerika sendiri ada beberapa Universitas yang belakangan ikut menelitinya, termasuk Penn State University Hershey, Pennsylvania dan Virginia Commonwealth University, Richmond, Vancouver. Dari sejumlah survei dan penelitian, efek kesehatan dari penggunaan jangka panjang vape masih belum jelas.
Artikel Terkait
Deposit Penjualan Galon Air Minum Cenderung Rugikan Konsumen
Cara Cepat Kenali Benjolan Abnormal Payudara, Berikut Edukasi dari Siloam Hospitals Bekasi Sepanjang Jaya
Rokok Berbahaya bagi Kesehatan Jantung, Bagaimana dengan Vape?
BPOM Cabut Izin Lima Perusahaan Farmasi, Buntut Kasus Gagal Ginjal Akut
Akhiri Epidemi AIDS, Perempuan dan Anak Pengidap HIV Jadi Prioritas untuk Ditangani
Tingkatkan Perawatan Onkologi di Indonesia, Siloam Hospitals dan SingHealth Bermitra
Berikan Kemudahan Pelayanan Pasien Prodia Bangun Kerjasama Dengan Alia Hospital
FastBio RBD dan VaccarBio Produk Terbaru Bio Farma di Penghujung Tahun 2022
SILC Lasik Center Hadirkan Layanan Smartsight, Terbaru dan Satu-satunya di Indonesia
Siloam Hospitals Mampang Edukasi Cara Terbaik Agar Terhindar dari Keguguran Kandungan