Jakarta, suaramerdeka-jakarta.com - Mereka yang bukan sahabatmu seiman, mereka adalah sahabatmu dalam kemanusiaan.
Kutipan dari Sayyidina Ali itu diungkapkan Ketua Umum Perkumpulan Penulis Indonesia Satupena, Denny JA, dalam acara Tribute to Remy Sylado hasil kolaborasi Sinergi Production, Kepustakaan Populer Gramedia, dan Bentara Budaya Jakarta, 11 Maret 2023.
Acara ini terdiri dari pidato pembukaan oleh istri Remy, Emmy Tambayong; penghormatan terhadap karya-karya Remy, pameran memorabilia, donasi, dan lelang lukisan. Dalam acara tersebut, beberapa seniman mementaskan sejumlah karya Remy, mulai dari Ivan Nestorman, Tio Pakusadewo, hingga Jose Rizal Manua.
Denny JA mengisahkan, Sayyidina Ali menyatakan hal itu ketika melihat begitu banyak dalam komunitasnya yang berbeda prinsip dalam iman, juga sangat mengganggu persahabatan mereka sebagai sesama warga komunitas. Kata seiman dari kutipan Sayyidina Ali dapat diartikan secara luas untuk konteks sekarang.
“Seiman di sini tidak hanya seiman dalam soal agama, tapi juga persamaan prinsip dalam politik, ataupun persamaan prinsip di dunia sastra. Sehingga, tafsir kutipan itu menjadi lebih luas menjadi, ‘mereka yang tidak sejalan denganmu atau berhadapan denganmu dalam prinsip politik dan juga prinsip sastra, mereka tetaplah temanmu dalam kemanusiaan,” ungkap Denny JA.
Kutipan Sayyidina Ali itu juga memberi perspektif dinamika antara Denny JA dengan sastawan Japi Panda Abdiel Tambajong, atau dikenal dengan nama pena, Remy Sylado, dalam lima tahun terakhir.
Denny mengungkapkan, pada Mei 2018, sempat terlibat dalam perdebatan dan saling kritik yang keras di media sosial.
Kal itu, menurut Denny JA, Remy yang diwawancara sekali, kemudian menulis dua kali, sedangkan dirinya menulis tiga kali.
“Kami saling kritik, saling serang, dan saling menjelaskan sikap pendirian kami soal sastra,” ujarnya mengenang kisah dengan Remy Sylado.
Menurut Denny, Remy Sylado sangat keras menyerangnya soal puisi, esai, dan pendiriannya soal sastra. Denny pun menjelaskan sikapnya dan menyerang cara Remy Sylado mengambil kesimpulan yang sahih dan kesalahan dalam logical fallacy.
Perdebatan yang terjadi dalam rentang 1,5 bulan lebih dan beredar luas itu membuat kalangan sastra dan publik membuat keduanya dikenal berhadapan secara sangat frontal.
“Lalu, datanglah era dua tahun kemudian di mana Remy Sylado sakit keras. Publik melihat hubungan kami yang berbeda. Saya bersama teman-teman di Satupena dengan hati yang terbuka. Kami datang ke Remy Sylado melalui Rahmi Isriana,” ujar Denny.
Denny mengungkapkan bahwa menurut cerita Rahmi Isriana, Remy Sylado sangat menyukai kudapan roti abon. Karena itu, Denny dan teman-temannya membelikan roti abon dan hadiah kursi roda yang saat itu dibutuhkan Remy Sylado.
Lalu, bersama dengan teman-teman Satupena dan Puisi Esai, Denny membuatkan video untuk Remy Sylado yang kemudian disebarluaskan. Hal ini dikerjakan untuk membuat teman-teman lainnya ikut mengapresiasi, melihat, dan mendapatkan kabar mengenai kondisi Remy Sylado.