Kesulitan Vino G Bastian Perankan Buya Hamka, Film Kolosal Berbiaya Produksi Terbesar Sepanjang Sejarah

JAKARTA,suaramerdeka-jakarta.com-
Film kolosal ini tak hanya memperkenalkan kembali sosok Buya Hamka kepada generasi masa kini. Namun juga kembali memperkenalkan karya-karyanya di masa lalu.

Sang pemeran utama Vino G Bastian membagikan kesulitan yang dihadapinya dalam memerankan tokoh bernama H.Abdul Malik Karim Amrullah alias Buya Hamka.

Adegan ceramah menjadi yang paling sulit dilakukannya, karena hal tersebut merupakan perwakilan sosok Buya Hamka di mata masyarakat.

"Agak takut juga sih sebetulnya. Apalagi ceramah itu kan harus benar-benar mewakili sosok Buya Hamka.

Baca Juga: Siap-siap, Film Pulau dari Malaysia Tayang di Indonesia.

"Nggak bisa improvisasi yang asal-asalan, yang tidak sesuai naskah, atau yang diucapkan dalam ceramah atau dalam buku-bukunya," kata Vino G Bastian saat ditemui di kawasan Kuningan, Jakarta Selatan.

Film Buya Hamka merupakan film biopik yang diadaptasi dari seorang pahlawan dari Minangkabau (Screenshoot instagram@falconpictures)

Apalagi Buya Hamka merupakan sosok yang benar-benar memiliki pengaruh besar di masyarakat. Suami Marsha Timothy itu takut jika apa yang dilakukannya salah dan berdampak negatif.

Baca Juga: Paska Sukses Raih Oscar, Ini 5 Film dan Serial Baru Michelle Yeoh Dari Avatar 3 dan 4 Hingga Transformers

"Karena tokoh nasional ini apalagi seorang ulama, punya masa yang luar biasa. Tokoh yang sangat inspiratif. Jadi kalau saya salah, takutnya ada dampak," tutur Vino G Bastian.

"Bukan hanya dari karya-karyanya seperti Tenggelamnya Kapal Van der Wijck, Di Bawah Lindungan Ka'bah, tapi beliau juga seorang pahlawan nasional, pejuang nasional yang berkontribusi luar biasa sekali berjuang untuk kemerdekaan Indonesia," pungkasnya.

Film yang diproduksi selama sembilan tahun lamanya ini diklaim menjadi salah satu film Indonesia dengan biaya produksi terbesar.

"Film yang luar biasa menurut kami yang terlibat dalam produksi berawal dari 2014, ketika Pak Din Syamsuddin jadi Ketua MUI, butuh sembilan tahun pengerjaan dan biaya produksi terbesar sepanjang sejarah," kata Chand Parwez selaku produser saat menggelar konferensi pers di kawasan Kuningan, Jakarta Selatan, Kamis (23/3).