James Bond Is Dead; Sadumuk Bathuk Sanyari Bumi

- Jumat, 1 Oktober 2021 | 06:33 WIB
James Bond No Time To Die (Universal Pictures)
James Bond No Time To Die (Universal Pictures)

 

JAKARTA, Jakarta.Suaramerdeka.com,- Jika Superman bisa mati, demikian juga dengan James Bond (Daniel Craig). Karena toh mata-mata bersandi 007 dari dinas rahasia Inggris MI6, itu hanya manusia biasa. Terbuat dari daging dan darah, juga emosi yang pada sebuah titik ada batasnya.

Demikianlah seri terkini tokoh rekaan Ian Flemming, James Bond akhirnya mati. Atau memilih mati, tersebab, sebuah virus telah ditanamkan di dalam dirinya secara permanen, tak tersembuhkan. Bayarannya, jika dia bersentuhan dengan orang-orang tercinta, yang se DNA dengannya, bakal binasa semua.

Tak sudi menerima konsekuensi yang tak tertanggungkan dalam sisa hidupnya, Neal Purvis dan Robert Wade, selaku penulis skenario seri No Time To Die, akhirnya memutuskan mematikan tokoh James Bond.

Padahal, setelah terpisah selama lima tahun dengan kekasihnya, Madeleine (Lea Seydoux) karena sebuah drama, Bond yang sempat rehat, mengasingkan diri di Jamaika, mundur dari MI6, akhirnya CLBK dengan buah hatinya.

Dipersatukan sebuah kasus, munculnya senjata biologis, yang secara cerdas mampu menyasar DNA tertentu, sesuai keinginan pembuatnya. Hingga akhirnya, baru menyadari, seorang buah hati ayu bermata biru seperti dirinya, telah lahir dari rahim Madeleine.

Keberadaan Mathilde, anak Bond dan Madeleine, sebagaimana rahasia umum dunia mata-mata, dari mula memang sengaja dirahasiakan Madeleine. Bahkan bapaknya sendiri tidak diaberi tahu.

Karena kondisi paling ideal dunia spionase, juga dunia kejahatan adalah tidak berkeluarga. Sehingga lawan, persona, juga institusi yang berseberangan dengan kita, tidak akan pernah mampu menyasar keluarga kita.

Tapi siapa yang mampu dan berani menyasar keluarga Bond, kecuali Safin (Rami Malek). Sebagai seorang bapak, bapak mana yang tidak ngamuk, mengetahui anak istrinya dibawa lari sebagai tebusan sebuah kepentingan.

Apalagi sosok bapak itu adalah James Bond 007. Yang mempunyai kapasitas, kapabiltas, juga pengendalian emosi yang konon terukur dan terjaga. Tapi jika urusan keluarga, apalagi anak, emosi tetap ada batasannya.

Selaras dengan pepatah Jawa berbunyi Sadumuk Bathuk Sanyari Bumi. Ihwal kehormatan dan harga diri. Jangan sampai dua hal itu diusik,  bakal 'ditohi pati' atau dibela sampai mati. Demikianlah Bond akhirnya mati. Daripada keluarga tercinta tertulari senjata biologi.

Tapi, di tangan Cary Fukunaga, drama, juga aksi tentu saja, di No Time To Die hadir dengan memesona. Meski di beberapa bagian, adu kotbah antara Safin dan Bond ihwal pilihan dan filosofi hidup, lumayan membosankan.

Tapi, film Bond tetaplah Bond, dengan segala omong kosong yang menggembirakannya. Apalagi lokasi syutingnya. Pilihan dan premium. Bond girls memesona tentu saja, apalagi ada sosok Paloma, yang dimainkan dengan elok oleh Ana de Armas.

Karenanya, meski 18 bulan mundur dari waktu penayangannya, karena gebukan pagebluk, tetap ditunggu penduduk bumi perilisannya.

Di Jakarta, konon banyak bioskop fullbook di hari pertama. Tapi di salah satu bioskop di bilangan Senayan, Jakarta Selatan, saat penulis menonton di pertunjukan hari pertama, Kamis, 30 September 2021, pukul 15.45 WIB, hanya delapan tempat duduk dari seratusan kursi yang terisi. Dua diantara pemerhati film senior Yan Widjaya dan Ipik Tanoyo.

Halaman:

Editor: Budi Nugraha

Tags

Artikel Terkait

Terkini

Joko Anwar Berbagi Ilmu di Sanggar Teater Populer.

Jumat, 17 Maret 2023 | 15:30 WIB

Awas, Iblis Dalam Darah!

Jumat, 10 Maret 2023 | 09:52 WIB

Ini Sinopsis Film Ku Ana Wa Anta.

Sabtu, 4 Maret 2023 | 21:47 WIB

Film Glo, Kau Cahaya; Siap Menyinari Penontonnya.

Senin, 27 Februari 2023 | 15:07 WIB

Pesan Mulia di Film Teman Tidur

Jumat, 24 Februari 2023 | 19:32 WIB
X