Film Seperti Dendam, Rindu Harus Dibayar Tuntas, Dunia Kejantanan Edwin dan Eka Kurniawan

- Rabu, 17 November 2021 | 20:41 WIB
Preview film Film Seperti Dendam, Rindu Harus Dibayar Tuntas di Epicentrum Kuningan Jakarta, Rabu (17/11/2021). (Benny Benke)
Preview film Film Seperti Dendam, Rindu Harus Dibayar Tuntas di Epicentrum Kuningan Jakarta, Rabu (17/11/2021). (Benny Benke)

JAKARTA, Jakarta.Suaramerdeka.com,- Jika Anda ingin bernostalgia tentang sebuah masa di Indonesia tahun 80-an, saat makna kelelakian atau kejantanan diidiomkan dengan maskulinitas, pepak dengan dunia kekerasannya. Plus permainan sex yang kasar, verbal dan vulgar, di film Seperti Dendam, Rindu Harus Dibayar Tuntas, semua itu dihadirkan dengan menyenangkan.

Menyenangkan karena, sebagaimana kita maklumi bersama, sebuah film, apapun genrenya, jualannya tetaplah ceritanya. Karenanya, cerita menjadi tulang punggung utama.

Dan cerita di film yang disutradarai Edwin ini, berangkat dari novel terbitan 2014 karya Eka Kurniawan. Peraih Prince Claus Award 2018, yang di sejumlah novelnya lain, dikenal mempunyai kekuatan realisme yang luar biasa.

Baca Juga: Tidak Ada Pertanggungjawaban Estetika Dalam Penjurian FFI 2021?

Berangkat dari semangat realisme itulah, cerita novel ini sesak dengan  kata-kata yang lugas, vulgar dan cenderung kasar, yang melekat kepada karakter yang absurd, untuk tidak mengatakan ganjil.

Keganjilan itu, oleh Edwin dimalihrupakan dalam medium film dengan tak kalah realisnya. Hasilnya tidak main-main. Film yang dalam bahasa Inggris diterjemahkan menjadi Vengeance Is Mine, All Others Pay Cash, mengalir dengan kekasarannya. Tipikal dunia laki-laki era tahun 80-an yang gemar adu okol, daripada menggunakan akalnya. Tersebab impotensi yang diderita tokoh utamanya.

Adakah penderitaan yang lebih menghina, selain penghinaan yang mendera laki-laki jagoan, tukang gelut, tapi "burungnya" tidak dapat berdiri tegak. Tersebab trauma di masa kecil.

Baca Juga: Hilmar Farid; FFWI Tetap Hadir Tahun Depan

Impotensi Ajo Kawir, jagoan dan tokoh protagonis ini,  bermula saat ia menyaksikan dua aparat memperkosa seorang perempuan ayu nan gila, saat dia masih bocah. Pemandangan di malam jahanam itulah, yang membuat Ajo Kawir menjadi impoten, karenanya. Yang kemudian menjadi bahan olok-olok sekawanannya.

Tapi sebagaimana sunnatullah kehidupan, ada yang dikurangi dalam hidup seseorang, pasti ada yang ditambahkan, dari kehidupannya. Dalam hal ini, nyali Ajo Kawir tidak ada urat takutnya. Semua ditantang gelut, bahkan dirinya sendiri.

Kreator utama film Seperti Dendam, Rindu Harus Dibayar Tuntas.
Kreator utama film Seperti Dendam, Rindu Harus Dibayar Tuntas. (Benny Benke)

Sampai akhirnya dia kepentok cinta Iteung, yang ternyata jago gelut juga. Bahkan sempat membuat babak bunyak parasnya.

Di tangan Edwin, film ini telah menunjukkan raihan prestasinya. Buktinya pada Agustus lalu, telah memenangi Golden Leopard sebagai Film Terbaik di ajang bergengsi Locarno Film Festival 2021. Karena ditimbang mampu menghadirkan nuansa lain tentang dunia machoism, dengan dinamika yang mengikutinya.

Film berlabel 18 tahun ke atas ini, sejatinya banyak memberikan pesan kepada penontonnya. Film produksi Palari Films yang diproduseri Meiske Taurisia dan Muhammad Zaidy, ini bukan sekedar menyajikan tontonan. Tapi juga memberikan alternatif lain, bagaimana sepatutnya memandang dunia kejantanan. Juga menempatkan kemanusiaan pada aras yang sepatutnya.

Halaman:

Editor: Budi Nugraha

Tags

Artikel Terkait

Terkini

Gala Premiere Film Hello Ghost, Mengharukan.

Sabtu, 6 Mei 2023 | 07:47 WIB

Awas, Ada Sosok Ketiga di Sekitar Kita.

Jumat, 14 April 2023 | 08:15 WIB

Film Khanzab Datang, Kebrutalan Menjelang.

Jumat, 14 April 2023 | 05:21 WIB

Film Ancika 1995, Karakter Baru, Pemeran Baru

Senin, 3 April 2023 | 14:44 WIB

Film Kun Ana Wa Anta Against All Odds

Senin, 3 April 2023 | 07:49 WIB
X