JAKARTA,suaramerdeka-jakarta.com-Kain adat merupakan bagian dari tradisi, mereka meng-ekspresikan identitas suatu budaya, menciptakan peluang dan men-transmisikan budaya.
textile traditional bukan hanya sekedar kain mereka mengartikulasikan tradisi dan identitas yang terus menerus diingat. Sayangnya pada saat ini banyak dari kerajinan tangan traditional ini sudah mulai hilang.
Namun masih ada beberapa masyarakat yang berada jauh didalam hutan Sumatra Barat, Indonesia, dimana para perempuan berjuang untuk menjadikan tradisi ini tetap hidup.
Para perempuan disini dengan bangga menghidupkan kembali tradisi - tradisi ini dan membuat sebuah cerita baru untuk desa mereka yang terpencil, yaitu Jorong Pamasihan, Nagari Tanjung Bonai, Kecamatan Lintau Buo Utara, Kabupaten Tanah Datar, Sumatera Barat.
Baca Juga: Apa Itu Pargoy Yang Sedang Tren di TikTok, Ternyata Berasal Dari Sumatera Barat?
Para perempuan didesa ini telah melestarikan seni songket melalui teknik tenun menggunakan tangan dengan motif yang telah diturunkan dari generasi ke generasi sehingga menghasilkan tekstil yang terkenal dikalangan international.
Terlepas dari ketersediaan kain pabrik, para pengrajin tekstil di Lintau telah kembali ke praktik traditional, yaitu dengan melanjutkan proses pewarnaan kain yang ramah lingkungan.

Mereka memanfaatkan bahan-bahan alami yang tersedia di hutan seperti tanaman, biji-bijian dan kayu. Menggunakaan pewarna alami ini sangat ramah lingkungan, mengandung anti oxidants, dan menghasilkan warna yang lebih intens dan unik.
Menggunakan pewarna alami juga menghilangkan ancaman penggunaan bahan kimia yang mempengaruhi kesehatan pengrajin tekstil.
Baca Juga: Bangkok Ganti Nama Jadi Krung Thep Maha Nakhon, Ternyata Aslinya Lebih Panjang Lagi
Tanaman seperti Indigovera, mahoni, dan daun ketaping dapat dengan mudah ditemukan disekitar mereka, dan dapat digunakan sebagai bahan utama pewarnaan alami.
Praktik-praktik bertenun dengan pewarna alami oleh kelompok-kelompok perempuan penenun tersebut di atas, diinisiasi oleh Lembaga Pengkajian dan Pemberdayaan Masyarakat (LP2M) tahun 2013.
"Inisiasi pengembangan tenun pewarna alami ini juga dilakukan nagari lain di Lintau, yakni Nagari Lubuak Jantan dan juga di Kota Sawahlunto" kata Direktur Eksekutif Lembaga Pengkajian dan Pemberdayaan Masyarakat - Padang, Ramadhaniati, minggu (20/2).
Artikel Terkait
Hari Pers Nasional 2022: Nasida Ria Pernah Angkat Lagu Wartawan Ratu Dunia, Ini Liriknya
Kamila Andini Hantarkan Laura Basuki Raih Silver Bear di Berlinale 2022 via Film Before, Now & Then (Nana).
'Kota Santri' Nasida Ria: Indahnya Kehidupan di Pesantren, Ini Liriknya
Film Clandestine dan Father & Son: Seru di KlikFilm
Ada ada Saja Ulah Netizen, Viral di Medsos 'Valentino Rossi' Menunggu JHT Sampai Pensiun
Menaker Jelaskan Keunggulan Permenaker JHT: Cairkan Dana JHT Cukup Pakai NIK
Migor Mahal, Warganet Heboh Pemuda Bawa Migor Saat Ke Rumah Gebetan