Dari Daerah Terpencil Jorong Pamasihan Sumatera Barat ke Fashion Film Festival Milano

- Minggu, 20 Februari 2022 | 19:18 WIB
Niswati, sekretaris Kelompok Perempuan Penenun Kramat Sakti Jorong Pamasihan Nagari Tanjung Bonai,  Kec. Lintau Buo Utara sedang menenun dengan benang pewarna alami. (Foto: Dok LP2M/Randy F.Darius)
Niswati, sekretaris Kelompok Perempuan Penenun Kramat Sakti Jorong Pamasihan Nagari Tanjung Bonai, Kec. Lintau Buo Utara sedang menenun dengan benang pewarna alami. (Foto: Dok LP2M/Randy F.Darius)

JAKARTA,suaramerdeka-jakarta.com-Kain adat merupakan bagian dari tradisi, mereka meng-ekspresikan identitas suatu budaya, menciptakan peluang dan men-transmisikan budaya. 

textile traditional bukan hanya sekedar kain mereka mengartikulasikan tradisi dan identitas yang terus menerus diingat. Sayangnya pada saat ini banyak dari kerajinan tangan traditional ini sudah mulai hilang.

 Namun masih ada beberapa masyarakat yang berada jauh didalam hutan Sumatra Barat, Indonesia, dimana para perempuan berjuang untuk menjadikan tradisi ini tetap hidup. 

 Para perempuan disini dengan bangga menghidupkan kembali tradisi - tradisi ini dan membuat sebuah cerita baru untuk desa mereka yang terpencil, yaitu Jorong Pamasihan, Nagari Tanjung Bonai, Kecamatan Lintau Buo Utara, Kabupaten Tanah Datar, Sumatera Barat.

Baca Juga: Apa Itu Pargoy Yang Sedang Tren di TikTok, Ternyata Berasal Dari Sumatera Barat?

Para perempuan didesa ini telah melestarikan seni songket melalui teknik tenun menggunakan tangan dengan motif yang telah diturunkan dari generasi ke generasi sehingga menghasilkan tekstil yang terkenal dikalangan international. 

Terlepas dari ketersediaan kain pabrik, para pengrajin tekstil di Lintau telah kembali ke praktik traditional, yaitu dengan melanjutkan proses pewarnaan kain yang ramah lingkungan. 

Anggota Kelompok Perempuan Penenun Kramat Sakti Jorong Pamasihan
Anggota Kelompok Perempuan Penenun Kramat Sakti Jorong Pamasihan (Foto: Dok LP2M/Randy F.Darius)

Mereka memanfaatkan bahan-bahan alami yang tersedia di hutan seperti tanaman, biji-bijian dan kayu. Menggunakaan pewarna alami ini sangat ramah lingkungan, mengandung anti oxidants, dan menghasilkan warna yang lebih intens dan unik. 

Menggunakan pewarna alami juga menghilangkan ancaman penggunaan bahan kimia yang mempengaruhi kesehatan pengrajin tekstil.

Baca Juga: Bangkok Ganti Nama Jadi Krung Thep Maha Nakhon, Ternyata Aslinya Lebih Panjang Lagi

Tanaman seperti Indigovera, mahoni, dan daun ketaping dapat dengan mudah ditemukan disekitar mereka, dan dapat digunakan sebagai bahan utama pewarnaan alami. 

Praktik-praktik bertenun dengan pewarna alami oleh kelompok-kelompok perempuan penenun tersebut di atas, diinisiasi oleh Lembaga Pengkajian dan Pemberdayaan Masyarakat (LP2M) tahun 2013. 

"Inisiasi pengembangan tenun pewarna alami ini juga dilakukan nagari lain di Lintau, yakni Nagari Lubuak Jantan dan juga di Kota Sawahlunto" kata Direktur Eksekutif Lembaga Pengkajian dan Pemberdayaan Masyarakat -  Padang, Ramadhaniati, minggu (20/2).

Halaman:

Editor: Arief Sinaga

Tags

Artikel Terkait

Terkini

Joko Anwar Berbagi Ilmu di Sanggar Teater Populer.

Jumat, 17 Maret 2023 | 15:30 WIB

Awas, Iblis Dalam Darah!

Jumat, 10 Maret 2023 | 09:52 WIB

Ini Sinopsis Film Ku Ana Wa Anta.

Sabtu, 4 Maret 2023 | 21:47 WIB

Film Glo, Kau Cahaya; Siap Menyinari Penontonnya.

Senin, 27 Februari 2023 | 15:07 WIB

Pesan Mulia di Film Teman Tidur

Jumat, 24 Februari 2023 | 19:32 WIB
X