JAKARTA, Jakarta.Suaramerdeka.com,-
David Gilmour dan Roger Waters hadir dan jelma di Daksinapati, Rawamangun. Membawakan single epik berdurasi 5;41 menit berjudul "Wish You Were Here" dengan cara paling ngungun.
Menghidupkan kembali kekuatan komposisi yang ditulis Waters, ihwal elegi untuk sohib akrabnya, dan pendiri band Pink Floyd; Syd Barrett. Yang menderita gangguan mental, tersebab terjerembab terlalu dalam pada obat-obatan pada akhir tahun 1960-an.

Kemudian kekuatan lirik yang puitis penuh kedalaman itu, dinyanyikan dengan suara bariton penuh luka oleh Gilmour dengan magis dan subtil. Dilengkapi dengan tarian jarinya di atas fred gitar yang menyayat hati. Layaknya orang mengaji, menyanjung puji sembari mengadukan beban hidup kepada pemilik langit.
Kita tahu, tidak semua musisi mampu menghidupkan komposisi ajaib nan magis, yang dibuat tahun 1975 itu dengan mulus, dan pas. Kalaupun ada kesalahan, keminoran itu menjadi bagian pertunjukan yang menyenangkan.

Tapi di tangan Amiroez, yang bergotong royong dengan Baruna membagi vokal Gilmour, dan Waters, plus sayatan gitar magical dari Totok Tewel, lunas dan paripurna nomor menggetarkan itu. Nomor wajib bagi para pejalan dan pengembara sendirian. Tidak sempurna, tapi tetap luar biasa.
Pujapuji juga sepantasnya diarahkan kepada Totok Tewel, dan Edi Kemput, yang membagi kerja kreatif permainan gitar Gilmour, pada gitar akustik dan elektrik secara rukun.

Anda tahu, Tewel dan Kemput sesrawungan sejak tahun "dhal", bekerja kreatif sejak entah tahun kapan. Saat kepemudaan masih jaya. Saat kengawuran benar-benar menemu rumahnya. Sehingga kimiawi diantara mereka berdua terlalu kuat dan nyata. Turunannya, nyaris tidak ada ruang keniscayaan untuk memisahkan kerukunan kreatif mereka berdua.
Jika dalam versi asli, suara gitar komposisi "Wish You Were Here" mengambil sound suara yang direkam dari radio mobil Gilmour.
Kemudian Gilmour menampilkan intro pada gitar dua belas senar, sebelum diproses agar terdengar seperti dimainkan melalui radio AM. Kemudian melakukan overdub solo gitar akustik yang terdengar lebih lengkap. Akhirnya
dicampur dengan suara seolah-olah seorang gitaris sedang mendengarkan radio dan bermain bersama.

Dalam versi Daksinapati; Tewel dan Kemput, sahaja saja. Kemput memainkan intro komposisi wahid itu dengan gitar bolong, kemudian Tewel menyempurnakan dengan bunyi gitar elektrik butut berkelir hitamnya. Didukung pemain bass dan drumm muda sebagai penjaga nada, dan keyboardis yang mengawalnya.
Artikel Terkait
63 Tahun Sahabat Erwiyantoro; Jangan Biarkan Kopi itu Cepat Dingin di Kandang Ayam.