JAKARTA, Jakarta.Suaramerdeka.com,- Musik adalah bahasa universal, yang bisa mempertemukan orang dengan latar belakang yang berbeda. Hal inilah yang dilakukan Iwan & Makki Collective, sebuah proyek musik baru yang menggabungkan dua karakter berbeda yang bersinergi dalam sebuah karya musik.
Seperti diketahui, Makki Parikesit adalah bassist band Ungu yang beraliran Pop, sedangkan Iwan Hasan merupakan komposer, arangger orchestra dan gitaris band rock progresif bernama Discus.
Pertemuan keduanya bukanlah sesuatu yang instant. Berawal ketika Iwan Hasan pada 1995 diminta membuat aransemen orkestra lagu band Ungu ‘Demi Waktu’ dari album “Melayang”. Lagu inipun sukses di pasar. Dan berlanjut untuk penggarapan arangger orchestra lagu-lagu Ungu berikutnya, seperti ‘SurgaMu’, ‘Cinta Dalam Hati’, ‘Kekasih Gelapku’ dan lain sebagainya.
Baca Juga: Penerimaan; Kepada Ridwan Kamil dan Atalia Praratya
Selama proses kerjasama tersebut, Makki dan Iwan menemukan kecocokan selera musik, mereka sama-sama mencintai musik jazz dan mempunyai pengalaman bermain musik jazz. Akhirnya tercetuslah ide untuk membuat kolaborasi dengan memainkan musik yang menggabungkan unsur pop, jazz dan rock progresif.
“Setelah melalui proses panjang, akhirnya saya dan Iwan Hasan bersepakat membentuk duo, kemudian mulai menggarap single pertama bertitel ‘Ragu - Sibincar Layo’ dengan menggaet (featuring) Fitra Chord Barus, sebagai vokalis,” kata Makki, di Jakarta Rabu (15/06/22).
Baca Juga: Che dan Borobudur
Yang menarik lagu ini merupakan medley (penggabungan) dari lagu ‘Ragu’ yang diciptakan oleh Iwan dan Fitra, dengan lagu tradisi Karo‘Sibincar Layo’ yang dicitpakan oleh almarhum nenek kandung Fitra, yaitu Tipan Br. Sembiring (1906 – 1997) pada paruh pertama abad ke 20.
“Lagu ‘Sibincar Layo’ telah cukup dikenal di kalangan masyarakat Karo, yang bercerita tentang seseorang yang berusaha meyakinkan orang yang dicintainya agar tidak lagi ragu-ragu untuk memutuskan menerima cintanya,” kata Iwan Hasan.
Baca Juga: Petrus
Lirik dari lagu ‘Ragu’ ini ditulis oleh Fitra bertema sama dan ditulis sebagai interpretasi lirik ‘Sibincar Layo’ dalam versi jaman kini.
Untuk menguatkan karakter budaya Karo, di penggarapan lagu ini juga melibatkan musisi tradisional Junianto Meliala (perkusi Karo) dan Mardi Sembiring (Sarune), sebuah alat musik tiup tradisonal yang saat ini sudah termasuk langka pemainnya.
Selain kedua nama tersebut, terdapat juga Yessi Kristianto (keyboard) dan Cliff Sumeisey (drums) yang ikut terlibat pada penggarapan single ini.
Baca Juga: Tahanan Kota
Artikel Terkait
Makki Parikesit Datang, Ekspedisi Parikesit 7Saga Sukses Terjelang.
Syakir Daulay Feat Adiba Khanza Rilis Single Cinta Subuh