Bono, Kehilangan Ibunya Membuat Dirinya Beralih ke Musik

- Jumat, 14 Oktober 2022 | 17:27 WIB
Bono dan ibunya Iris Hewson (Sumkber: Billboard/Headtopics)
Bono dan ibunya Iris Hewson (Sumkber: Billboard/Headtopics)

JAKARTA, suaramerdeka-jakarta.com – Dalam memoarnya yang akan terbit, Surrender: 40 Songs, One Story, Bono mengenang ibunya, Iris Hewson, yang meninggal karena aneurisma otak empat hari setelah ambruk di pemakaman ayahnya, Gags Rankin, pada 1974. Pentolan U2, yang saat itu baru berusia 14 tahun, beralih menekuni musik untuk mengatasi kematian ibunya yang sangat memilukan baginya.

Dalam wawancara dengan jurnalis David Remnick saat Festival New Yorker, Bono mengupas bukunya Surrender: 40 Songs, One Story yang segera terbit. Dalam acara yang berlangsung di The Society For Ethical Culture di Kota New York, seperti dikutip Billboard, Bono menyampaikan hikmah yang didapatnya dari kematian ibunya.

 “(Kematian) itu berubah menjadi berkah. Luka dalam diriku berubah menjadi celah yang harus kuisi dengan musik. Teori ini sangat tidak ilmiah tapi aku memakainya. Tapi, kupikir dalam peristiwa kematian seseorang yang kau sayangi, terkadang ada berkah,” tuturnya.

Baca Juga: Buah Tangan dari Frankfurt (5): Frankfurter Buchmesse pun Dimulai

Bono, yang kini berusia 62 tahun, mencatat bahwa “Surrender” (ikhlas) merupakan kata penting bagi dirinya yang tidak datang begitu saja.

“Aku masih merasa sulit untuk ikhlas kepada rekan-rekan bandku,” kata artis Rock and Roll Hall of Fame itu. “Sebagai orang yang lebih tua, aku semakin sulit untuk ikhlas kepada istriku, untuk ikhlas terhadap Sang Pencipta. Aku adalah pribadi yang keras kepala, tetapi aku sedang memperbaikinya, David. Karena itulah aku menulis buku.”

Ketika ditanya apakah menulis Surrender merupakan sebentuk terapi bagi dirinya, Bono mengatakan bahwa berkah yang dia dapatkan dari menulis memoar ini adalah “waktu buat diriku sendiri.”

Baca Juga: Buah Tangan dari Frankfurt (4): Divisi Internasional Frankfurter Buchmesse

“Dan itu memberi alasan kepadaku untuk diam dan mendengarkan,” lanjutnya. “Lagi pula, aku adalah penulis yang pemalu sehingga ketika berbicara, aku berbicara terlalu cepat, dan bagaikan melemparkan cat ke kanvas. Jadi ketika aku menulis dan mengetik, aku harus memperlambat pikiranku, sehingga pikiran-pikiran itu bisa lebih memahami diriku, dan aku bisa lebih memahami mereka.”

Bono mengungkapkan bahwa rekan satu bandnya, Adam Clayton, menyampaikan beberapa hal tentang Surrender. “Dia pikir aku menggambarkan dirinya sedikit agak karikatural,” kata Bono.

Ketika Remnick bertanya apakah Adam Clayton benar, Bono menjawab,  “Untuk beberapa hal. Mungkin aku tidak bisa membeberkan beberapa detail karena kupikir hal itu mungkin terlalu pribadi untuknya. Ini adalah memoarku.”

Baca Juga: Kata-Kata Bersahaja (16): Hidup adalah Bunga, Sementara Cinta adalah Madunya

“Dan dia juga berkata, ‘Tidak cukup tentang musik, Bono.’ Aku pun berkata, ‘Ya, kau tahu, memoar ini bukan hanya tentang musik. Aku ingin menyampaikan pandangan kepada orang-orang bahwa hidupku sebagai seniman, sebagai aktivis, sebagai hooligan, sebagai suami, sebagai ayah, semuanya sama bagiku. Semua itu adalah bagian dari kanvas kreatif yang sama,'” lanjut Bono.

"Ini bukan hanya sekadar memoar rock and roll tradisional," katanya. “Ini adalah kisah cinta; ini adalah ziarah.”  (rea)

Halaman:

Editor: Budi Nugraha

Sumber: Billboard

Tags

Artikel Terkait

Terkini

Lee Je Hoon Tertarik Kunjungi Monas di Jakarta

Senin, 20 Maret 2023 | 08:01 WIB

Aktor Film Bruce Willis Idap Penyakit Demensia

Jumat, 17 Februari 2023 | 13:45 WIB
X