JAKARTA, Jakarta.Suaramerdeka.com, -- Romo Mudji Sutrisno SJ meneguhkan namanya sebagai seorang Romo yang pemikir cum seniman yang tekun, stoik dan keras kepala. Buktinya, menutup akhir tahun 2022 ini, Pameran Gambar-Gambar Mudji Sutrisno, S.J. 40 Tahun Meniti Jalan Imamat 1982 - 2022, berhasil dihelatnya di Balai Budaya Jakarta, baru-baru ini.
Puluhan gambar Romo Mudji Sutrisno dari berbagai ukuran, terpampang rapi di salah satu tempat pameran legendaris, namun pelan-pelan dan pasti mulai hilang dari ingatan publik itu.
Ihwal pemilihan Balai Budaya Jakarta sebagai loka pameran memang bukan tanpa perencanaan yang matang. Pameran ini, sebagaimana dikatakan Romo Mudji Sutrisno, sengaja mengambil tempat di situs sejarah kebudayaan saat Indonesia merdeka.
"Yang menjadi saksi sunyi para seniman, perupa, budayawan untuk memuliakan hidup justru di saat awal menenun jalan budaya buat negeri," kata Romo Mudji di Jakarta.
Karenanya, dia tak lelah menguluk salam dan mengucapkan terima kasih tak terhingga untuk pengurus, pengelola Balai Budaya beserta staf dan karyawannya.

Ya, Romo Mudji adalah citra lembah manah, kerendahan hati. Paling tidak menurut subyektivitas saya. Yang pada 2006 pernah sangat intens ‘ngangsu ilmu’ kepada Romo Mudji Sutrisno.
Bahkan pernah terlibat dalam sebuah proyek bersama untuk memfilmkan para Indonesianis di Rusia.
Bersama Romo Mudji, kala itu, saya, Seno Joko Suyono dan Taufik Rahzen pergi ke Moskwa, St. Petersburg, Yekaterinburg, hingga Yasnaya Polyana atau lebih dikenal sebagai rumah penulis sastra dunia Leo Tolstoy, yang terletak di propinsi Tula, Rusia.
Mundur ke belakang, pada awal Desember 2003, saya bahkan sempat mampir ke “kos-kosan” Romo Funky yang “Memayu Hayuning Bawana” ini. Sebagaimana kesehariannya di Rusia bersamanya pada 2006, dan tahun-tahun berikutnya.
Kesederhanaan dan kebersahajaan telah teramat lekat dengan laki-laki kelahiran Surakarta, 12 Agustus 1954 ini. Franciscus Xaverius Mudji Sutrisno memang tumbuh di lingkungan guru. Dari Guru yang bersahaja itulah, kesederhanaan itu mengalir di darahnya. Yang kemudian malih rupa dalam sejumlah sajak juga gambar-gambarnya.
Pada masa kecilnya, sepenceritaan Romo Mudji, terpana pada pada seorang Romo. Dalam pandangan dia, seorang Romo dapat ”masuk” dan bersaudara dengan segala lapisan masyarakat sembari menularkan ilmunya.

Kini, jangan pernah meragukan kredibilitas Guru Besar Bidang Filsafat Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara ini dalam dunia pendidikan. ”Saya pernah mengajar dari anak TK (Taman Kanak-Kanak), SD, SMP, SMU hingga perguruan tinggi,” katanya suatu saat .
Artikel Terkait
Romo Mudji Sutrisno Turut Menyumbang Sketsa di Doa untuk Remy Sylado
Cinta dan Kegilaan di Pagelaran Sabang Merauke.
Farha, Banyak Kejahatan di Luar Sana.