JAKARTA,suaramerdeka-jakarta.com-Kabar mengejutkan datang dari dunia penerbangan negeri 'tirai bambu' yang terkenal memiliki rekam jejak mumpuni dalam industri penerbangan.
Insiden pesawat Boeing 737-800 jatuh di Guangxi, China, pada Senin (21/3) diduga menewaskan 132 penumpang, termasuk sembilan awak pesawat.
Ini adalah kali pertama sejak 2010 terjadi kecelakaan besar pesawat di China yang menewaskan puluhan atau ratusan penumpang.
Dikutip dari Reuters, berdasarkan data Jaringan Keselamatan Penerbangan, insiden besar terakhir adalah saat pesawat Embraer E-190 jatuh ketika hendak mendarat di bandara Yichun karena keterbatasan jarak pandang, pada 2010 yang menewaskan 44 dari 96 penumpang.
Sebelum insiden Embraer E-190, kecelakaan besar pesawat lainnya terjadi pada 21 November 2004 ketika Maskapai China Eastern jatuh sesaat setelah lepas landas. Lima puluh lima penumpang tewas dalam insiden tersebut.
"Lembaga Aviasi China (CAAC) memiliki regulasi keselamatan yang ketat, dan kita harus menunggu untuk mengetahui detil-detil penyebab kecelakaan," ujar Shukor Yusof, kepala badan konsultan penerbangan Endau Analytics yang berbasis di Malaysia.
Meski demikian, menurut Redaktur Pelaksana Flightglobal Greg Waldron, China kurang transparan dibandingkan negara lain seperti Amerika Serikat atau Australia yang mengeluarkan laporan insiden-insiden yang tidak fatal.
Pesawat Boeing 737-800 dengan rute Kuangmin-Guangzhou jatuh sekitar pukul 14.22 waktu setempat di pegunungan Guangxi, China.
Artikel Terkait
Ulas Aksi Mbak Rara, Gazzetta: Tarian Hujan yang Luar Biasa!
32 Tim Melaju ke Babak Playoff Livin Mandiri Indonesia 3x3 Tournament
Bagas/Fikri Juarai All England 2022, Regenerasi Ganda Putra on the Track