KYIV, Jakarta.Suaramerdeka.com,— Nafsu angkara untuk menguasai negara orang, tampaknya telah membutakan Rusia dan mencabut moral dari dada para pemimpin mereka. Menurut badan PBB untuk anak-anak (UNICEF), setidaknya dua orang anak Ukraina meninggal setiap hari karena kezaliman Rusia.
Bukan hanya itu, rata-rata empat anak terluka, terutama akibat serangan bom dan roket. Pada 4 Juni lalu— Hari Internasional Anak Tak Bersalah korban Agresi, Kantor Kejaksaan Agung Ukraina mencatat sudah 261 anak tewas dan 465 anak-anak lainnya terluka, selama 101 hari peperangan akibat invasi Rusia. Ini hanya kasus yang dikonfirmasi, angka sebenarnya tentu bisa jauh lebih tinggi.
Pada 4 Juni lalu itu, guna menghormati kepergian mereka, serta kenangan yang mereka tinggalkan, Kantor Kejaksaan Agung Ukraina mengenang beberapa dari anak-anak pemberani, korban kesewenang-wenangan dan haus kuasa para pemimpin despotik Rusia tersebut.
Baca Juga: Yenny Wahid vs Muhaimin Iskandar; Terlukalah Sampai Kau Mampus!
Sebagaimana ditulis Tonia Chundak, manajer konten dan relawan media “Years Old”, Kyiv, tidak ada satu nyawa pun yang diambil paksa tangan-tengan berdarah Rusia yang bisa dilupakan. Tidak ada kejahatan terhadap anak yang bisa diampuni. Di bawah ini beberapa di antaranya:
Polina, anak kelas empat, dan adik laki-lakinya, Kyiv. Pada hari-hari pertama agresi skala penuh, kelompok sabotase Rusia menembaki sebuah mobil warga sipil di Kyiv. Anton dan Svitlana, seorang dokter hewan, meninggal di tempat. Begitu pula putri mereka, Polina.
Layanan Penyelamatan membawa saudara laki-laki Polina ke rumah sakit, di mana bocah itu kemudian meninggal karena luka-lukanya. Hanya putri tertua keluarga itu yang selamat meskipun mengalami luka tembak yang parah.
Baca Juga: Che dan Borobudur
Kisah Polina telah berkeliling dunia. Dia adalah gadis ceria dengan rambut merah muda cerah. Tentara Rusia menghancurkan keluarganya dan masa depan cerah mereka demi…, entahlah, demi apa?
Sashko Yakhno, anak empat tahun, wilayah Kyiv. Ketika Rusia melancarkan invasi besar-besaran, Sashko Yakhno dan neneknya, Zoia, berada di Desa Sukholuchchia. Mereka tidak punya waktu untuk mengungsi sebelum Rusia mulai mengebom desa tersebut besar-besaran. Para penjajah meledakkan jembatan dan memblokir jalan. Sasha merayakan ulang tahunnya yang ke-4 di bawah pendudukan penjajah.
Penduduk setempat memutuskan untuk mengevakuasi anak-anak dan perempuan dengan perahu. Pada 10 Maret, dua kapal akan menyeberangi apa yang disebut Laut Kyiv, waduk di Sungai Dnipro. Tapi salah satunya terbalik — penyebab sebenarnya dari tragedi itu masih belum diketahui. Namun, anak laki-laki dan neneknya itu tidak akan naik perahu jika Rusia tidak membombardir rumah dan memblokade jalanan.
Baca Juga: What the Fuck (Pembacaan atas Prambanan Jazz Festival 2022).
Tim penyelamat menemukan jasad nenek tersebut. Sementara itu, seluruh Instagram di Ukraina menghabiskan lebih dari tiga minggu mencari Sashko dan berharap bisa membawanya ke ibunya yang putus asa. Penduduk setempat kemudian menemukan bocah itu tewas.
Sasha berkata dengan penuh semangat dalam percakapan terakhir dengan ibunya: “Bu, jangan khawatir! Aku akan datang kepadamu ketika mereka berhenti menembak.”
Artikel Terkait
Ada Diplomasi Tangan di Atas Dalam Kunjungan Jokowi ke Ukraina
Dosen UIN Jakarta Puji Upaya Jokowi Damaikan Ukraina-Rusia
Kunjungan Jokowi ke Ukraina dan Rusia Tak Hanya Selamatkan Kondisi Indonesia