Polarisasi Nyata di Masyarakat, Kekhawatiran Jokowi Terbukti

- Senin, 20 Maret 2023 | 15:38 WIB
Presiden Joko Widodo (Twitter/jokowi)
Presiden Joko Widodo (Twitter/jokowi)

JAKARTA, suaramerdeka-jakarta.com - Kekhawatiran Presiden Joko Widodo (Jokowi) soal polarisasi politik di masyarakat, kini terbukti. Hal itu tercermin dari hasil survei nasional, yang dilakukan oleh Laboratorium Psikologi Politik Universitas Indonesia (UI).

"Dengan fakta yang tercermin dari hasil survei, saya berharap kenyataan itu harus menjadi kesadaran bersama," kata Peneliti Senior di Surabaya Survey Center (SSC) Surokim Abdussalam, Senin (20/3).

Dalam survei diketahui bahwa polarisasi politik di Indonesia terjadi baik di dimensi dalam jaringan (daring) atau dunia maya maupun dunia nyata (online). Jokowi sebelumnya beberapa kali menyampaikan terkait kekhawatirannya mengenai polarisasi pada Pemilu 2024 mendatang.

"Dengan kesadaran bersama, dapat dilakukan langkah antisipatif. Hal itu agar tidak memberikan dampak negatif yang lebih luas," ujarnya.

Menurutnya, kekhawatiran Jokowi wajar dan hal itu merupakan residu dari pilpres dan beberapa pilkada sebelumnya. Karena merupakan residu, maka memang harus diantisipasi.

"Dan itu harus dilakukan oleh semua pihak. Saya kira tidak hanya dari partai politik, kandidat dan penyelenggara," tandasnya.

Serius
Dikatakan, hal itu harus dilakukan dengan serius. Supaya kemudian polarisasi tersebut bisa diminimalisasi.

"Tujuan dari pemilu dilaksanakan bukan untuk memecah belah. Melainkan memperkuat kesatuan dan persatuan masyarakat sebagai bangsa," tegasnya.

Dengan biaya politik yang mahal, kata dia, seharusnya mampu memberikan harmonisasi. Dan bukan malah mempertajam polarisasi.

“Untuk apa kita menyelenggarakan Pemilu mahal-mahal, kalau kemudian hasilnya justru memicu konflik? Atau polarisasi yang kemudian bisa membahayakan keutuhan negara," ucapnya.

Surokim menambahkan, untuk meminimalisir terjadinya polarisasi, para kandidat harus lebih banyak berbicara program. Terutama apa yang akan ditawarkan kepada masyarakat.

“Jadi pesan ini mestinya harus disuarakan oleh semua pihak. Makanya kita berkepentingan untuk terus mendorong pemilu programatik, tujuannya supaya kemudian tidak bicara kandidat melulu," imbuhnya.

Reduksi
Akan tetapi lebih pada program-program. Karena kalau bicara pada pemilu programatik, otomatis bisa mereduksi polarisasi.

“Tetapi kalau kita bicaranya fokusnya pada kandidat dan orang, maka ujung-ujungnya memang akan melahirkan like and dislike. Jadi Pemilu ini harus kita dorong untuk menjadi pemilu programatik dan pemilu berintegritas," tuturnya.

Halaman:

Editor: Arif Muhammad Iqbal

Tags

Terkini

Bijak dan Lawan Hoaks

Selasa, 30 Mei 2023 | 16:35 WIB

Pentingnya Pemerataan Akses Internet

Selasa, 30 Mei 2023 | 16:18 WIB
X