JAKARTA, suaramerdeka-jakarta.com - Presiden Joko Widodo akan menjadi tokoh kunci penentu konstelasi dan pemenang Pilpres 2024. Dimana masa jabatan Jokowi yang berakhir pada 19 Oktober 2024, akan mempengaruhi sejumlah ketua umum partai politik (parpol), yang saat ini masih ada dalam Kabinet Indonesia Maju.
"Khususnya dalam menentukan pasangan calon presiden dan calon wakil presiden yang akan diusung," kata Direktur Eksekutif Indo Barometer M. Qodari di Jakarta, Selasa (21/3).
Hal itu disampaikannya dalam diskusi bertajuk Pemilu 2024: Konstelasi, Variabel Penentu, dan Pemenangnya. Menurutnya, karena Jokowi masih menjadi pemimpin kabinet sampai Oktober 2024, sementara sebagian ketua umum parpol adalah anggota kabinet.
"Mereka pasti membaca aspirasi Jokowi. Pertimbangan Jokowi akan masih dijadikan preferensi oleh ketua umum parpol, termasuk soal keberlanjutan program kerja Jokowi," ujarnya.
Sehingga, keberlanjutan program kerja dan pembangunan, preferensi Jokowi menjadi perhatian dan pertimbangan para ketua umum parpol dalam menentukan capres di 2024. Selain itu, Jokowi merupakan presiden petahana dua kali.
"Sehingga memiliki basis pemilih yang kuat dan tersebar di seluruh Indonesia. Ada diantaranya daerah terkuat yang merupakan kantong-kantong mayoritas pemilih, seperti Jawa Tengah, Jawa Timur dan kawasan Indonesia Timur," tandasnya.
Kode
Dikatakan, Jokowi adalah presiden dua kali. Sehingga, yang pasti banyak pendukungnya, karena pernah dicoblos dua kali dan menang.
"Tentu arah pilihan Jokowi jadi perhatian dan pertimbangan pemilih. Mereka akan ikut kode-kode Jokowi," tegasnya.
Sebagai tokoh politik, Jokowi juga memiliki jaringan relawan yang luas terbentuk. Selain itu, tetap aktif semenjak Jokowi menjadi calon presiden di 2014 sampai dengan sekarang.
“Ciri khas Jokowi adalah memiliki relawan dan jaringan relawan yang luas. Mereka sudah aktif dari 2013 sampai sekarang. Mereka adalah jaringan yang ampuh untuk memenangkan pilpres,” jelasnya.
Selain itu, tambah Qodari, Jokowi memiliki tingkat kepuasan yang tinggi pada satu tahun sebelum masa pencoblosan. Yakni di angka 72,3 persen.
"Artinya, Jokowi masih memiliki pengaruh besar di masyarakat. Karena modal kepuasan yang tinggi," tuturnya.
Kontras
Qodari menilai, hal itu kontras jika dibandingkan dengan pemimpin sebelumnya, yaitu Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Yang kala itu jika dipotret dalam survei, punya kepuasan yang relatif rendah.
“Tingkat kepuasan pada Jokowi setahun menjelang pilpres 2024 relatif tinggi. Ini kontras dengan kepuasan pada SBY jelang Pilpres 2013 yang hanya di kisaran 35-40 persen saja,” ungkapnya.