JAKARTA,suaramerdeka-jakarta.com- – PT Food Station Tjipinang Jaya menggelar panen program budidaya (on-farm) dengan farm management CV Re Agro Lestari di lahan seluas 400 hektare di Desa Gabuskulon, Kecamatan Gabuswetan, Indramayu, Jawa Barat, Selasa (21/3/2023)
Direktur Utama PT Food Station Tjipinang Jaya, Pamrihadi Wiraryo mengatakan panen seluas 400 hektar ini terdiri dari 150 hektare yang masuk dalam anggaran musim tanam 3 tahun 2022, dan sisanya seluas 250 hektare masuk dalam anggaran musim tanam 1 2023.
“Panen ini rencananya akan berlangsung pada bulan Februari hingga Mei 2023. Kami akan terus mengembangkan program budidaya atau plasma inti beras (On-Farm) dengan berbagai mitranya di sentra produksi beras di Indonesia, karena hasilnya sangat positif,” ujar Pamrihadi dalam keterangan resminya, Rabu (22/3).
Tahun ini, misalnya BUMD Pangan DKI Jakarta ini mengembangkan bisnis plasma inti beras (On-Farm) dengan target luas tanam 1000 hektare.
Baca Juga: Lanjutkan Penghijauan, Epson Indonesia Tanam 6000 Pohon dan Rehabilitasi Mangrove
“Target ini 2 kali lebih luas dibandingkan target tahun 2022 yaitu seluas 500 hektare dengan realisasi luas tanam mencapai 511 hektare” jelasnya.
Dikatakan Pamrihadi, salah satu wilayah yang menjadi lumbung plasma inti beras PT Food Station Tjipinang Jaya adalah Kabupaten Indramayu.
Di wilayah ini, PT Food Station Tjipinang Jaya bekerja sama dengan CV. Re Agro Lestari dalam menjalankan program plasma inti beras atau on-farm dengan varietas padi utama adalah galur NA-178 (Bawor), memiliki karakteristik biji panjang aromatik yang menjadi bahan baku beras Jasmine.
Adapun skema kerja sama budidaya yang dijalankan dengan CV Re Agro Lestari adalah dengan memberi bantuan permodalan seperti pupuk, obat-obat pertanian, hingga tenaga kerja. Adapun besaran bantuan permodalan adalah Rp. 5.000.000 per hektare.
Selain bantuan permodalan, pendampingan teknis budidaya juga dilakukan salah satunya dengan menggandeng petani-petani Perkumpulan Petani Tanggap Perubahan Iklim (P2TPI) atau Kelompok Tani Nelayan Andalan (KTNA) untuk membantu secara swadaya mendampingi dan membimbing petani untuk melakukan budidaya padi secara efisien dan berproduksi tinggi.
“Keuntungan yang didapatkan dari program budidaya ini, petani juga mendapatkan kepastian harga dan penyerapan pasar. Harga kompetitif sehingga meningkatkan kesejahteraan petani dan keluarganya," ungkapnya.
Baca Juga: Layanan Commuterline Selama Bulan Ramadan dan Aturan Berbuka Puasa di Perjalanan Commuterline
Dalam pelaksanaan budidaya padi, terdapat beberapa Standar Operasional Prosedur (SOP) yang diterapkan, seperti penggunaan pupuk organic penyubur tanah dan tanaman contohnya KOMSAH dan Ekstragen ataupun pengendali organisme penganggu tanaman (OPT) hayati contohnya penggunaan bakteri dan jamur sebagai musuh alami hama wereng atau penyakit padi umumnya.
Tak lupa untuk menunjang keberhasilan program budidaya Food Station menggunakan Perangkat Uji Tanah Sawah (PUTS) guna mengetahui kebutuhan unsur hara tanah dan tingkat kesuburan tanah sebelum pengaplikasian pupuk.
Artikel Terkait
Ini Dia Koridor Ke 7 Bus Trans Jateng Yang Akan Segera Beroperasi
Promosikan World Water Forum ke-10 Bali, Indonesia Gelar Pameran di Kantor Pusat PBB, New York
Mudik Gratis Sepeda Motor Dengan Kapal Dibuka Hari Ini, Yuk Cek Persyaratannya