JAKARTA, suaramerdeka.jakarta.com - Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) merekomendasikan agar anak-anak berusia 5 tahun divaksinasi Covid-19. Tapi mantan ahli bedah syaraf anak AS, Ben Carson tidak setuju. Mengapa begitu?
Carson yang juga mantan sekretaris Perumahan dan Pembangunan Perkotaan, menolak memvaksinasi anak-anak terhadap Covid-19 karena ia menganggap seluruh upaya inokulasi sebagai eksperimen besar.
Carson tegas-tegasan mempertanyakan rekomendasi CDC tentang perlunya memvaksinasi anak. Salah satu alasannya karena jarang terjadi kematian anak-anak akibat Covid-19. Sementara, "Kami tidak tahu apa dampak jangka panjang dari vaksin ini," kata Carson kepada Maria Bartiromo dari Fox Business.
"Jadi ini benar-benar, semacam eksperimen raksasa. Apakah kita ingin menempatkan anak-anak kita pada risiko ketika kita tahu risiko penyakit bagi mereka relatif kecil tetapi kita tidak tahu apa risikonya di masa depan? Mengapa kita melakukannya? hal seperti itu? Sama sekali tidak masuk akal," tambahnya seperti dikutip Newsweek.
Baca Juga: China Lockdown Kota, Jepang dan Korsel Berdamai dengan Covid-19
Carson yang merupakan ahli bedah saraf pediatrik terkenal di dunia, adalah seorang profesor di John Hopkins Medical Institutions. Ia juga direktur bedah saraf pediatrik di Johns Hopkins Children's Center.
Carson memegang lebih dari 40 gelar doktor kehormatan dan telah banyak dipuji karena karyanya memisahkan kembar siam. Pada 2001 di ulang tahun ke-200 Perpustakaan Kongres memilihnya sebagai salah satu dari 89 Legenda Hidup.
Sebuah survei Kaiser Family Foundation baru-baru ini menemukan hanya 27 persen dari 1.519 orang yang disurvei setuju anak mereka divaksinasi setelah tersedia. 33 persen lainnya berencana untuk "menunggu dan melihat" dan 30 persen memastikan tidak akan memvaksinasi anak mereka.
Keraguan di kalangan orang tua sebagian besar dipicu oleh kekhawatiran efek samping jangka pendek dan jangka panjang dari vaksin Covid-19. Salah satu kekhawatiran mereka yang paling umum adalah bahwa vaksin dapat berdampak negatif pada kesuburan anak mereka di masa depan.
Sejauh ini CDC membantah ada bukti yang menyiratkan bahwa vaksin Covid-19 mempengaruhi kesuburan, sehingga para pejabat telah mendesak para orang tua untuk memvaksinasi anak mereka. Dr. Rochelle Walensky, direktur CDC, meyakinkan orang tua bahwa pihaknya sudah melakukan uji tuntas dan memastikan keamanan dan kemanjuran secara menyeluruh sebelum merekomendasikan vaksin untuk anak-anak.
Dr. Anthony Fauci, direktur Institut Nasional Alergi dan Penyakit Menular mengakui bahwa anak-anak pada umumnya berisiko lebih rendah terkena penyakit serius akibat Covid-19. Tetapi ia tak menampik kemungkinan adanya implikasi serius, termasuk sindrom inflamasi multisistem.***