JAKARTA, suaramerdeka-jakarta.com - Pemilihan umum yang merupakan kontrak politik antara presiden/gubernur/walikota/bupati dan anggota legislatif dengan rakyat, ternyata diikuti oleh sejumlah penumpang gelap. Bahkan, penumpang gelap justru dengan leluasa mengacak-acak.
“Ada alap-alap dan tikus yang sebelumnya adalah para relawan yang bukan masyarakat. Lucunya, mereka hidup dan sengaja dipelihara oleh manusia-manusia yang memegang pemerintahan,” kata ekonom senior Didik J Rachbini di Media Center DPR RI, Senayan, Jakarta, kemarin.
Hal itu disampaikannya dalam diskusi Forum Legislasi bertema BUMN Sekarat, Akankah RUU BUMN Jadi Penyelamat? Menurut Didik, kelompok relawan tersebut telah merusak demokrasi.
“Sebab, pemimpin terpilih menguasai pemerintahan dan jajarannya. Sehingga, untuk apa memelihara alap-alap? Apalagi, alap-alap yang dipelihara itu masuk kesana kemari,” ujarnya.
Dia lalu mencontohkan maskapai penerbangan pelat merah, yang disebutnya hanya berisi bandit. Karena menyewa pesawat dengan harga dua kali lipat, dimana sebagian diambil sebagai pemasukan atau income sehingga terlihat seperti keuntungan.
“Waktu saya masih di Komisi VI, perusahan itu sudah hampir kita ketok mati. Harus diakui bahwa banyak bandit di BUMN dan dengan perilakunya, merekalah yang merusak. Boleh saja berteman dengan pemain band, tapi perlu juga berteman dengan orang yang berpikir,” tandasnya.
Ditambahkan, perlu ada uji kepatutan dan kelayakan bagi profesional BUMN. Setidaknya adalah psikologi, pengalaman dan sebagainya. “Meski sebenarnya sudah ada tim yang menyeleksi, namun isinya bagian dari mereka juga. Makanya jadi rusak karena mereka juga ikut bermain,” ucapnya.
Artikel Terkait
BUMN Tak Bisa Lepas dari Campur Tangan Politik