JAKARTA suaramerdeka.jakarta.com - Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia mengungkapkan pihaknya mempertimbangkan opsi untuk mengakuisisi perusahaan mobil listrik asal Jerman.
Jika opsi akuisisi atau pengambilalihan yang dipilih Bahlil berpikir nantinya proses akuisisi akan dilakukan, Indonesia Battery Corporation (IBC), perusahaan yang didirikan pemerintah untuk mengembangkan ekosistem baterai dan mobil listrik.
"Kan cuma dua caranya. Kalau nggak bisa bangun mobil listrik, ya kita (mengambil opsi) akuisisi,” kata Menteri Bahlil Lahadalia kepada Media.
Baca Juga: Jangan Kaget Ya.. Kalau Sebentar Lagi Lihat Bu Susi Pudjiastuti Berhaji dan Berjilbab
Meninves menegaskan meski mengambil langkah akuisisi, dia memastikan harganya tetap harus ekonomis dan prosesnya transparan.
Selain itu, dia menambahkan pemerintah akan terus berupaya melakukan promosi, termasuk promosi dalam kemudahan perizinan investasi.
Dia menyebut Indonesia memegang 22-24 persen cadangan nikel dunia. Kualitas kadar nikelnya pun, katanya, merupakan yang terbaik.
Baca Juga: Mobil Listrik Bakal Makin Banyak, Pertamina Siapkan 513 SPKLU / SPBKLU Hingga 2024
Selain itu, jarak lokasi tambang nikel Indonesia masih terhitung dekat ke pelabuhan sehingga ongkos produksinya jauh lebih ekonomis.
Baterai mobil itu bahannya nikel, mangan, kobalt dan lithium. Bahlil menegaskan Indonesia memiliki empat bahan logam tersebut.
“Jadi 85 persen bahan baku baterai mobil itu ada di negara kita. Makanya orang semua sedang obok-obok kita untuk kita ekspor barang ini. Kita nggak mau, ” katanya.
Bahlil mengungkapkan Indonesia sudah harus beralih penuh ke kendaraan listrik pada 2040.
Baca Juga: 1.000 Unit Mobil Listrik Siap Diproduksi di Indonesia
Rencana tersebut pun sudah mulai digenjot sejak 2019 lalu di mana pemerintah akhirnya berhasil menggaet Hyundai asal Korea Selatan, untuk masuk ke Indonesia.
Tidak hanya Korea Selatan, pemerintah juga membidik produsen baterai listrik dan industri kendaraan listrik dunia untuk menanamkan modal di Indonesia. Komitmen investasi juga sudah datang dari CATL asal China dan Foxconn asal Taiwan.