JAKARTA, Jakarta.Suaramerdeka.com, -- Remy Sylado adalah maestro langka. Saya berhutang rasa dengan beliau banyak sekali. Bahkan saya tahu makna kata mata keranjang aslinya dari cerita apa, dari beliau. Beliau bisa bahasa apa saja. Arab , Urdu, Yahudi dan apa saja.
Demikian dikatakan Ahmad Mustofa Bisri (75) saat diberi waktu untuk menjadi salah satu pembuka pameran lukisan Maestro Remy Sylado di Balai Budaya Jakarta, Kamis (11/7/2019) malam.
Mengenakan batik dan peci hitam khasnya, Gus Mus -- demikian penyair dan kyai karismatis itu biasa disapa-- melanjutkan, "Saya kenal beliau tahun 70 an saat beliau di (majalah) Aktuil dan mengasuh puisi Mbeling. Saya ngirim terus (puisi Mbeling), dan terus dimuat, tapi (saat itu) pakek nama samaran. Beliau baru tau (kalau saya yang ngirim) kemarin saat di Semarang. Dipikir saya orang Rusia," kata Gus Mus disambut tawa hadirin, yang menyesak hingga ke pinggir jalan.
Baca Juga: Kerapuhan, dan Ketabahan
Gus Mus yang mengaku datang khusus ke Jakarta, dari Rembang diantar anak perempuannya, demi menghadiri pembukaan pameran Remy Sylado, melanjutkan, "Makanya ketika beliau ndawuhi saya (untuk datang ke Jakarta), saya mau nolak gimana? Kata Sayidina Ali, 'saya adalah budaknya orang yang mengajari aku, walau satu huruf saja'. Padahal beliau (Remy Sylado) mengajari saya lebih dari satu huruf, berkalimat kalimat. Makanya saya budaknya beliau. Semoga beliau awet muda atau awet tua, dan selalu kreatif, dan manfaat bagi sesama dan allah SWT," kata Gus Mus diaminkan hadirin.
Sejurus kemudian, Gus Mus menbacakan
Fragmen Doa. Yang berisi sanjung puji kepada Sang Pencipta Allah Taalla. Di akhir doanya, Gus Mus menekan suaranya pada bait penutup: // Kami berdoa sebagaimana Engkau perintahkan/ Maka, kabulkanlah sebagaimana Engkau janjikan.//

Pada detik ini pula, tepuk tangah menderas menyambut usainya pembacaan Fragmen Doa. Semua bertepuk tangan. Juga Sarwono Kusumaatmadja, Romo Mudji Sutrisno, Ronny Sompie, Ida Leman, Renny Djayusman, Tommy F. Awuy, Ilham Bintang, Jose Rizal Manua, Wina Armada Sukardi, dan sejumlah nama tenar lainnya.
Baca Juga: Di Negeri Demokrasi Puisi (masih) Ditakuti (?)
Remy Sylado (74) , yang naik ke atas panggung sederhana, setelah Syahnagra -- Kepala Balai Budaya Jakarta-- memberikan sambutan, membalas 'doa' Gus Mus.
"Kalau orang lain didoakan muda terus senang. Saya tidak. Saya lebih suka menua sewajarnya. Saya rayu Gus Mus supaya mau datang (ke Jakarta). Terakhir ketemu Gus Mus saat kami samasama hadir di Semarang, menghadiri acara PWI Semarang," kata Remy Sylado mengenakan batik dan sepatu berkelir merah.
Remy yang sebenarnya masih nggliyeng, bercerita, dirinya bisa tetap awet tua, karena menggemari susastra. "Saya bisa jadi awet tua karena dari kecil mengagumi puisi Joseph Brodsky. Salah satu judulnya, I Walked With God," setelah itu dia menyanyikan syair puisi yang telah dilagukan itu, dengan gaya lagu pop tahun 70 an.
Baca Juga: Tujuan dan Perjalanan
Sebenarnya Remy meminta Tommy F. Awuy mengiringi dengam instrumen organ. Tapi Tommy memilih tidak melunaskan keinginannya. Setelah sajak Joseph Brodsky, peraih Nobel Prize dalam bidang karya sastra tahun 1987, usai. Remy melanjutkan sambutannya.
Artikel Terkait
Remy Sylado dan Joko Pinurbo Lelang Puisi
Masih Ada Novel di Kepala Remy Sylado
Doa Terbaik Lola Amaria Untuk Remy Sylado