suaramerdeka-jakarta.com-Seperti semua festival tradisional di China, Tahun Baru Imlek penuh dengan cerita dan mitos.
Dilansir dari Chinahighlights, salah satu yang paling populer adalah tentang binatang mitos Nian, yang memakan ternak, hasil bumi, dan bahkan manusia.
Untuk mencegah Nian menyerang orang dan menyebabkan kehancuran, warga China menaruh makanan di depan pintu mereka untuk Nian.
Konon, seorang lelaki tua yang bijak mengetahui bahwa Nian takut suara keras (petasan) dan warna merah. Kemudian, orang-orang memasang lentera merah beserta gulungan merah di jendela dan pintu mereka. Sejak itu monster Nian tidak pernah muncul lagi.
Menurut kepercayaan, Tahun Baru Imlek telah dikenal sejak 3.500 tahun lalu. Perayaan Imlek dimulai pada hari pertama di bulan pertama kalender lunar. Dalam istilah China, waktu ini juga sering disebut sebagai “Zhen Yue Chu Yi” atau hari pertama dalam satu tahun.
Baca Juga: Pornpun Guedpard Pevoli Cantik Asal Thailand, Dambaan Warganet Penikmat Proliga 2022
Masa ini merupakan titik balik matahari musim dingin terjadi. Sehingga, tahun baru Imlek juga dikenal sebagai “Chun Jie” yang berarti Hari Raya Musim Semi atau Festival Musim Semi.
Kemudian pada hari kelima belas bulan pertama tahun baru, perayaan ditutup dengan festival lampion.
Imlek di Tanah Air
Di Indonesia, perayaan Imlek sempat dilarang selama lebih dari 3 dekade oleh Presiden Soeharto, melalui Inpres Nomor 14 Tahun 1967 tentang Agama, Kepercayaan, dan Adat Istiadat Cina.
Perpres tersebut membuat warga keturunan China ketika itu, harus merayakan Imlek secara tertutup.
Baca Juga: Menhan Prabowo Pajang Obwis Bay Bintan, Pantai atau Kolam Renang?
Semuanya berubah ketika KH Abdurrahman Wahid alias Gus Dur naik ke tampuk kekuasaan.
Sebagai sosok egaliter yang dikenal menjunjung tinggi persamaan hak, Gus Dur menerbitkan Keppres Nomor 6 Tahun 2000 tentang Pencabutan Inpres Nomor 14 Tahun 1967 Tentang Agama, Kepercayaan, dan Adat Istiadat Cina.
Artikel Terkait
Waduh! 9 Pemain Persib Bandung Positif Covid-19
Lakukan Penghijauan di Danau Bintaro, Hasto: Berpolitik Itu Tak Hanya Hadir Jelang Pemilu
Jadi Enabler Masyarakat Industri 4.0, Kominfo Perkuat Komitmen dan Kolaborasi
Hasto : Bung Karno Jadikan Ikan, Bunga, Dan Pohon Sebagai Alat Diplomasi