JAKARTA, Jakarta.Suaramerdeka.com,- puisi hadir tanpa mengenal batas. Ia senantiasa kontekstual dan universal untuk setiap masa dan bangsa. puisi pun merupakan sarana untuk saling mengenal dan memahami kondisi sosial, politik, budaya, bahkan sejarah setiap negara dan bangsa.
Pemahaman ini akan menumbuhkan sikap saling menghargai, empati, toleran, dan mendorong terwujud, terbina, dan lestarinya nilai- nilai kemanusiaan.
Korea Selatan adalah salah satu negara yang saat ini tengah menjadi fenomena di dunia internasional. dengan apa yang diistilahkan hallyu ( Korean wave/ demam Korea).
Baca Juga: Kerapuhan, dan Ketabahan
Budaya populer yang industrial produk Korea Selatan seolah begitu merasuk pada kehidupan di kalangan --terutama-- kaum muda di mana- mana. Akan tetapi, dunia Korea tidak hanya itu. Banyak sisi lain yang kemudian --salah satunya-- terekam dan tersuarakan melalui puisi.
Rekaman dan suara itu bisa kita cermati antara lain melalui kumpulan puisi yang baru- baru ini terbit, "Apa yang Diharapkan Rel Kereta Api" karya penyair Korea, Moon Changgil.
Buku ini telah diterjemahkan lewat kolaborasi sastrawan Korea, Kim Young Soo, dan sastrawan Indonesia yang juga dosen di Prodi Bahasa dan Sastra Indonesia FPBS UPI, Nenden Lilis Aisyah, diterbitkan Kepustakaan Populer Gramedia, Desember, 2021.
Baca Juga: Remy Sylado Never Walk Alone
Untuk mengupas dan mendiskusikan lebih dalam bagaimana kondisi dan persoalan politik, sosial, budaya, dan sejarah terepresentasikan dalam puisi-puisi tersebut dan bagaimana kolaborasi kreatif Indonesia- Korea melalui puisi, Prodi Bahasa dan Sastra Indonesia Depdiksatrasia FPBS UPI bekerja sama dengan Komunitas Sastra Setanggi ( Indonesia), Kelompok Sastrawan Changjak 21 beserta Majalah Sastra Musiman Changjak 21 (Korea Selatan) menyelenggarakan Webinar Internasional " Kolaborasi Kreatif Indonesia-Korea melalui puisi".
Akan tampil sebagai narasumber: Dr. Yulianeta, M.Pd ( Dosen UPI, ahli sastra),
Kim Young Soo , Ph.D (ahli sastra bandingan lulusan dari Hankuk University of Foreign Studies/HUFS, selama 30 tahun menjabat sebagai Kepala Siaran Bahasa Indonesia Siaran Internasional Korea Broadcasting System, dan penerima Penghargaan Penyair Baru di Korea).
Moon Changgil ( penyair Korea Angkatan Tahun 8O-an, Pimpinan Kelompok Sastra dan Majalah Musiman Changjak 21, Pimpinan Penerbit Dilkot, dan Ketua di beberapa Lembaga Sastra lainnya, penerima Penghargaan Penyair Baru Korea), serta Katherina Achmad, M.Si ( sastrawan, pelukis). Acara ini akan dimoderatori oleh Putu Fajar Arcana ( sastrawan dan Redaktur HU. Kompas).
Baca Juga: Romo Mudji Sutrisno Turut Menyumbang Sketsa di Doa untuk Remy Sylado
Selain acara presentasi dan diskusi di atas, acara ini akan dimeriahkan pula oleh penampilan musikalisasi puisi oleh tokoh musikalusasi puisi Indonesia, Ari Kpin, dan pembacaan puisi, baik oleh pembaca dari Indonesia, maupun Korea, yaitu Warih Wisatsana ( Sastrawan, dramawan), Ika Dahliawati (guru dan penggiat literasi) dan Ms. Kim Eunok, Ms Kim Ariesha, dan Ms. Lee Kirin (yang ketiganya adalah sastrawan Korea yang juga anggota Changjak 21).
Adapun yang berkenan hadir memberi sambutan pada webinar ini : Prof. Dr. Tri Indri Hardini, M.Pd. ( Dekan FPBS UPI), Dr. Isah Cahyani, M. Pd ( Kadep Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FPBS UPI) , dan Dr. Mahmud Fasya, M.A ( Kaprodi Bahasa dan Sastra Indonesia FPBS UPI).
Artikel Terkait
Di Negeri Demokrasi Puisi (masih) Ditakuti (?)
Melalui Puisi Sangkan Paraning Dumadi
Sutardji Calzoum Bachri; Puisi Benny Benke Prosaik, Layak Direnungkan
Penggenapan Diri Benny Benke
Perihal Pengheningan Puisi