JAKARTA,suaramerdeka-jakarta.com-
Mendengar kata “Budaya” mungkin sudah tidak asing lagi bagi kebanyakan orang, terutama jika berkaitan dengan adat istiadat dan aturan tertulis maupun tidak tertulis yang terus dikembangkan dari waktu ke waktu dan dianggap valid. Namun ketika berbicara mengenai,
"Budaya Organisasi” mungkin menjadi sebuah hal yang belum tentu dipahami oleh banyak orang, dan tidak semua organisasi memikirkan secara fokus dan serius untuk membangun budaya didalam organisasinya.
Padahal para ahli manajemen berpendapat bahwa budaya merupakan identitas organisasi dan bisa disebut sebagai salah satu "competitive advantage" suatu organisasi.
Baca Juga: Puan Dukung Modernisasi Pabrik Pupuk Petrokimia Guna Dukung Pasokan Nasional
Sebagian besar perusahaan mungkin akan selalu menganggarkan biaya untuk meningkatkan kemampuan SDM yang mereka miliki, namun demikian performa dari masing-masing SDM yang meningkat setelah mengikuti pelatihan kadangkala tidak juga memberikan dampak yang maksimal secara berkelanjutan.
“Karena ketika mereka kembali ke tempatnya bekerja, seringkali budaya yang telah berkembang didalam perusahaan tersebut malah membuatnya kembali pada kebiasaan lamanya, yang awalnya ia semangat, namun lingkungan sekitarnya masih tidak berubah, akhirnya ia kembali pada performa biasanya,” demikian diungkapkan CEO & Founder SCB International Consulting, Agung Solihin di Jakarta, Rabu (2/3).
Pemilik sertifikasi International Organizational Culture Consultant dari salah satu lembaga konsultan ternama di Michigan, Amerika dan gelar doktor di bidang sumber daya manusia ini juga menyebutkan bahwa dalam sebuah organisasi yang harus disiapkan sejak awal itu adalah arenanya,
Ia mencontohkan seperti dalam ibadah Haji, semua orang dari latar belakang berbeda namun bisa membuat mereka melakukan hal yang sama, karena ada arena wukufnya, ada arena tawafnya, ada arena sa’inya.
Baca Juga: Tawur Agung Kesanga Nyepi, Wamenag: Jadikan Agama sebagai Sumber Inspirasi
“Begitupun dalam organisasi, ketika sudah ada arenanya, dalam hal ini adalah budaya yang kuat didalam organisasi tersebut, seluruh personel organisasi akan mengikuti budaya tersebut, sehingga siapapun yang nantinya terlibat di organisasi tersebut,
otomatis akan mengikuti budaya yang sudah terbentuk tersebut,” pungkas Agung yang juga memiliki sertifikat dari Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP) dan Master Practitioner & Trainer NNLP International tersebut.
Oleh karena melihat pentingnya pembangunan budaya organisasi, setelah sempat 10 tahun menjadi trainer, pada 2014 akhirnya Agung Solihin memutuskan untuk menjadi Konsultan Budaya Organisasi, dimana ia fokus untuk dapat memberikan solusi dan memberikan dampak dalam perubahan lingkungan atau organisasi secara berkelanjutan.
Artikel Terkait
Bertemu Asosiasi Kontraktor dan Konsultan Turki, Menteri Basuki Buka Peluang Investasi Infrastruktur di Indone