Denny JA: Penundaan Pemilu Akan Menjadi Skandal Politik dan Catatan Kelam Penganjurnya

- Minggu, 6 Maret 2022 | 12:33 WIB
menurut Denny tanpa alasan yang cukup, manuver itu akan berbalik menjadi catatan kelam yang mencoreng nama penganjurnya dalam catatan sejarah (Screenshoot Facebook Denny JA_world)
menurut Denny tanpa alasan yang cukup, manuver itu akan berbalik menjadi catatan kelam yang mencoreng nama penganjurnya dalam catatan sejarah (Screenshoot Facebook Denny JA_world)

 

JAKARTA,suaramerdeka-jakarta.com-Denny JA dalam tulisan di akun Facebooknya Denny JA_World menegaskan memperpanjang- panjang kekuasaan tanpa alasan yang cukup akan dicatat sejarah sebagai sebuah skandal

“Karena tak cukup alasan, sebaiknya para politisi menghentikan manuvernya untuk menunda pemilu, dari tahun 2024 ke 2027” kata Denny JA pada Sabtu (5/3).

Tentu saja konstitusi dapat diamandemen agar memberi keabsahan menunda pemilu, atau menambah durasi jabatan presiden menjadi tiga periode, namun menurut Denny tanpa alasan yang cukup, manuver itu akan berbalik menjadi catatan kelam yang mencoreng nama penganjurnya dalam catatan sejarah.

 “Sila pertama demokrasi itu menyelenggarakan pemilu secara reguler. Rakyat berhak memilih dan mengganti pemimpinnya secara reguler lewat pemilu" Ujar Denny.

Baca Juga: Pembangunan yang Berpihak pada Rakyat Harus Kembali Digalakkan

Menurut Denny, tentu saja karena situasi darurat, pemilu dapat ditunda Misalnya kasus yang terjadi di Ukraina saat ini.

Hanya untuk permisalan saja Katakanlah ini sudah dijadwalkan jauh hari sebelumnya. Pemilu Ukraina secara reguler misalnya akan diselenggarakan 7 hari dari sekarang (11 Maret 2022) Masuk akal jika pemilu di negara itu ditunda.

"Ukraina sedang diserang. Perang terjadi. Prioritas utama penduduk di sana untuk survival, mustahil mereka bisa berencana menyelenggarakan pemilu seperti di era normal" kata Denny mengibaratkan.

Namun, sambung Denny JA, Di Indonesia, menjadikan Covid- 19 untuk menunda pemilu di tahun 2024, dua tahun dari sekarang, itu justu bertentangan dengan data,  Alasan itu ditolak banyak pihak oleh fakta yang sangat terang benderang.

Denny merujuk data dari Worldometer menunjukkan di bulan Maret 2022, jumlah kematian karena Covid-19 bertambah sedikit.

Sejarah justru akan paling menyalahkan Jokowi karena ia dianggap tak cukup berbuat (not doing enough)
Sejarah justru akan paling menyalahkan Jokowi karena ia dianggap tak cukup berbuat (not doing enough) (Instagram@jokowi)

Penyebabnya karena prosentase penduduk Indonesia yang divaksin sudah lebih banyak dimana hingga awal Maret 2022, yang sudah divaksin minimal sekali sebanyak 69 persen sementara Yang sudah divaksin dua kali sebanyak 50 persen.

Baca Juga: Ini Dia Richard Boyd Barrett, Senator Irlandia Yang Kritisi Standar Ganda Pemimpin Dunia

Halaman:

Editor: Arief Sinaga

Tags

Artikel Terkait

Terkini

Curhat Adalah Kunci!

Sabtu, 3 Juni 2023 | 17:40 WIB

Kata Ganjar Pranowo soal Pertemuan PDIP dan PAN

Jumat, 2 Juni 2023 | 21:38 WIB

Hasto Sebut Keakraban PDIP dan PAN Sudah Lama

Jumat, 2 Juni 2023 | 17:28 WIB
X