Jelang Perhelatan Stockholm +50, Dunia Menanti Peran Indonesia dalam Pemulihan Hubungan Manusia & Planet

- Kamis, 17 Maret 2022 | 22:36 WIB

JAKARTA,suaramerdeka-jakarta.com-

Dunia internasional mendorong peran Indonesia untuk mengedepankan isu perubahan iklim dan pemulihan hubungan manusia dengan planet bumi di perhelatan Stockholm +50, terutama mengingat kepimpinan Indonesia di G-20 tahun ini.


Perhelatan Stockholm +50 yang akan digelar tanggal 2-3 Juni mendatang juga bertepatan dengan peringatan 50 tahun sejak Deklarasi Stockholm diadopsi di pertemuan PBB pertama terkait lingkungan hidup di Stockholm.

Deklarasi ini merupakan pernyataan dunia pertama yang menjelaskan interkoneksi antara pembangunan, kemiskinan dan lingkungan hidup.

Baca Juga: Shindy Samuel Berhenti Sebagai ASN Sukses Menjadi Pengusaha Cosmetic


Pertemuan Stokcholm +50 juga akan membahas kelangsungan lingkungan hidup dunia setelah dunia dihantam pandemic.

Dua tahun pandemi telah membuat terjadinya kemunduran dalam pencapaian pembangunan berkelanjutan (Sustainable Development Goals). Ini karena adanya peningkatan kemiskinan, pola konsumsi yang tidak sustainable serta eksploitasi sumber daya alam.

Dosen Departemen SKPM IPB University Soeryo Adiwobowo menjelaskan, pembangunan yang selama ini dilakukan harus bersahabat dengan alam agar bisa menciptakan planet yang sehat.

Baca Juga: MotoGP Mandalika: Marc Marquez Dkk Lintasi Sirkuit dengan Jalan Kaki

Dari tatanan makro, untuk memulihkan dan menumbuhkan kembali relasi positif dengan alam, diperlukan perubahan radikal pada tatanan kehidupan yang bertumpu pada pertumbuhan ekonomi dengan konsumsi sebagai mesin pertumbuhan.

“Selain itu juga perlu perubahan paradigma ilmu pengetahuan sehingga muncul fondasi teoritik baru yang mampu menganalisis kompleksitas relasi sosial, ekonomi, dan politik di mana perubahan lingkungan terkandung di dalamnya,” kata Soeryo Adiwibowo dalam webinar Stockholm+50: a healthy planet for the prosperity of all -

What are Indonesia’s lessons learned? yang digelar UNDP, Kementerian Luar Negeri dan Kedutaan Besar Swedia di Jakarta bersama Katadata pada Kamis (17/3/2022).

Baca Juga: DJ Chantal Dewi Tersandung Kasus Sabu, Mengejutkan Sebulan 3 Kali Nyabu


Soeryo menambahkan, inti masalah ekologi pada dasarnya berakar pada persoalan sosial, ekonomi politik, bukan persoalan teknis dan manajemen.

Halaman:

Editor: Budi Nugraha

Tags

Artikel Terkait

Terkini

Pertumbuhan Utang Indonesia Dinilai Tak Masuk Akal

Selasa, 21 Maret 2023 | 10:49 WIB
X