JAKARTA, suaramerdeka-jakarta.com - Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), KH Yahya Cholil Staquf mengimbau pemuda khususnya, dan masyarakat Indonesia umumnya untuk terus mempraktikkan warisan budaya Nusantara, yakni menjaga harmoni dan toleransi dalam kehidupan sehari-hari.
"Warisan ini sebetulnya hari-hari ini dan masa depan sangat dibutuhkan oleh dunia," ujarnya dalam diskusi Beranda Nusantara bertajuk Moderasi Beragama dalam Harmoni Nusantara di Auditorium Yusuf Ronodipuro RRI Jakarta pada Kamis, 31 Maret 2022.
Untuk itu, ia mengatakan jika ingin melihat bangsa Indonesia menyumbangkan sesuatu yang sungguh berarti bagi seluruh peradaban umat manusia, semua pihak harus memperkenalkan, dan mengembangkan warisan harmoni dan toleransi asli Indonesia kepada dunia.
"Pertama-tama kita harus buktikan sendiri bahwa kita kuat untuk memelihara tradisi toleransi dan harmoni itu di antara kita semua," imbuhnya.
Selain itu, ia meminta agar generasi muda tidak terpengaruh oleh ajakan oleh pihak tidak bertanggung jawab untuk melakukan perbuatan menimbulkan kerusakan.
"Jangan mau diajak rusak-rusakan, yang merusak itu, yang rusak-rusakan itu akan merusak hidup kalian nanti. Karena masa depan ini milik kalian, kita ini sebentar lagi lewat. Ini masa depan milik kalian, kalian yang harus putuskan macam apa yang akan kalian hidupi nanti," tegasnya.
Senada dengan KH Yahya, Sekretaris Umum Persekutuan Gereja Indonesia (PGI), Pdt Jacky Manuputty mengatakan perkembangan digital atau kemajuan teknologi juga beriringan dengan beredarnya informasi kontra narasi agama. Menurutnya, kontra narasi agama berpotensi mengarah pada perpecahan di Indonesia.
"Saya langsung saja melihat fenomena sehari yang bikin panas kuping, hati, mata, pertarungan antara beberapa kelompok. Sekarang memang era dimana semua orang bisa tiba-tiba menjadi ahli hanya dengan dua jari," kata Pdt Jacky Manuputty.
Pdt Jacky Manuputty mengungkapkan, saat ini Indonesia memasuki ruang digital, namun sayangnya beberapa di antaranya justru memanfaatkan ruang digital menjadi kontra narasi.
"Orang kehilangan kebajikan untuk bertanya dan berdialog, lebih kepada mengeluarkan statement yang keras, memang harus dicari rumusnya bersama," ungkapnya.
Untuk mewujudkan itu semua harus ada moderasi agama yang diperkuat dari semua agama yang ada di Indonesia.
Sementara Uskup Keuskupan Agung Jakarta, Ignatius Kardinal Suharyo Hardjoatmojo menjelaskan moderasi agama dilakukan demi tercapainya perdamaian dunia dan hidup dalam kebersamaan.
"Judulnya persaudaraan manusia untuk perdamaian dunia dan hidup bersama," jelas Ignatius.
Ia meyakini bahwa proses moderasi agama di Indonesia saat ini sedang berjalan dan terus berjalan.