Kisah Dibalik Istilah Halal Bihalal

- Minggu, 1 Mei 2022 | 14:56 WIB
KH. Wahab Chasbullah. (Dinas Kominfo Provinsi Jawa Timur)
KH. Wahab Chasbullah. (Dinas Kominfo Provinsi Jawa Timur)

 

JAKARTA, suaramerdeka-jakarta.com - Hari Raya Idul Fitri 1443 H, ditandai dengan situasi pandemi Covid-19 sudah melandai. Sehingga hal ini menjadi momentum bagi warga untuk bisa pulang ke kampung halaman.

“Saya berharap, momen Lebaran ini bisa dimanfaatkan oleh seluruh masyarakat muslim di tanah air untuk menjalin halal bihalal antar sesama,” kata Ketua DPR RI Puan Maharani, Minggu (1/5).

Namun, dari manakah istilah halal bihalal berasal? Rupanya, halal bihalal adalah istilah yang muncul setelah pertemuan antara Presiden pertama RI Soekarno dan ulama pendiri Nahdlatul Ulama KH Abdul Wahab Hasbullah.

Dimana pada 1948 atau tiga tahun pasca merdeka, Indonesia dilanda gejala disintegrasi bangsa. Para elite politik saling bertengkar, tidak mau duduk dalam satu forum, sementara pemberontakan terjadi di mana-mana.

Di pertengahan bulan Ramadhan tahun 1948, Bung Karno pun mengundang KH Wahab Chasbullah ke Istana Negara, untuk dimintai pendapat dan sarannya dalam mengatasi situasi politik Indonesia yang tidak sehat. Kemudian KH Wahab memberi saran kepada Bung Karno untuk menyelenggarakan silaturahim, sebab sebentar lagi Hari Raya Idul Fitri.

Mendengar saran itu, Bung Karno menyanggah dan menganggap silaturahim memang sudah biasa dilakukan umat Islam tiap lebaran. KH Wahab pun akhirnya mengusulkan istilah halal bihalal pada Bung Karno.

Menyalahkan
KH Wahab saat itu menganggap para elite politik tidak mau bersatu, karena mereka saling menyalahkan. “Saling menyalahkan itu kan dosa. Dosa itu haram, supaya mereka tidak punya dosa maka harus dihalalkan. Sehingga silaturahim nanti kita pakai istilah halal bihalal,” ujar KH Wahab kepada Bung Karno kala itu.

Dari saran KH Wahab itulah, kemudian Bung Karno pada hari raya Idul Fitri mengundang semua tokoh politik untuk datang ke Istana Negara. Acara silaturahim itu kemudian diberi tajuk halal bihalal.

Sejak saat itulah, instansi-instansi pemerintah menyelenggarakan halal bihalal, yang kemudian diikuti juga oleh masyarakat secara luas. “Jadi, Bung Karno bergerak menyebarkan istilah halal bihalal lewat instansi pemerintah, sementara KH Wahab menggerakkan warga melalui institusi non formal,” imbuh Puan.

Istilah halal bihalal pun akhirnya masih terus dipakai sampai hari ini, sebagai kegiatan rutin dan budaya Indonesia setiap perayaan Idul Fitri. “Semangat yang digagas oleh KH Wahab dan Bung Karno soal halal bihalal, selalu relevan untuk terus memupuk persatuan Indonesia yang penuh keberagaman,” ucapnya.

Editor: Arif Muhammad Iqbal

Tags

Terkini

Jamaah Haji Indonesia Mulai Membanjiri Makkah.

Kamis, 8 Juni 2023 | 13:35 WIB

Boyolali Remen Maos

Kamis, 8 Juni 2023 | 12:40 WIB

Jumat Lusa Satu lagi Parpol Dukung Ganjar

Rabu, 7 Juni 2023 | 19:35 WIB
X