Oleh Benny Benke
SEMARANG, Jakarta.Suaramerdeka.com,-
Sebagai warga kebanyakan saat ini kita semua sedang happy, melupakan satu dua jenak ketidakpastian dan kesulitan hidup yang selama ini akrab dengan peri kehidupan kita. Atau paling tidak saya.
Berterima kasih kita kepada mudik, yang memungkinkan kita bisa bersua dengan keluarga masing-masing. Yang kemudian bisa membesarkan hati kita, setelah bersua dengan anggota keluarga. Syukur-syukur masih ada orang tua di sana. Kalau tidak ada orang tua, juga tak mengapa. Tidak seketika membuat mudik kehilangan makna.
Yang keluarga besar maupun intinya sudah tidak utuh lagi, karena dihantam pandemi, jangan kecil hati. Masih banyak hal-hal kecil yang akan membesarkan hati kita. Entah apapun itu muasalnya.
Toh tidak ada keluarga yang sempurna... selalu ada lobang di sana. Kita bahkan biasa dan bisa berdebat, sampai bertengkar antaranggota keluarga. Untuk alasan sepele maupun prinsip.
Bahkan terkadang berhenti berbicara satu sama lain, meski untuk sementara. Tapi pada akhirnya, keluarga tetaplah keluarga.
Cinta akan selalu ada di sana, untuk selamanya.
Walau tetap ada keluarga yang terpecah imbas rebutan harta, juga pilihan politik, misalnya. Semoga kita bukan salah satu diantaranya.
Di udik kita bertemu rumah yang memberikan rasa aman, rasa saling memiliki, identitas, dan privasi. Rumah senantiasa memanggil-manggil kita untuk menawarkan konsep "pulang" dari manusia-manusia yang melakukan perjalanan "pergi". Pergi mencari nafkah dan menegakkan nasib masing-masing.
Meski dongeng juga pernah menceritakan ada nama Ahasveros yang hidup dan tinggal di perjalanan. Tidak mengenal konsep pulang, apalagi berpikir tentang pulang. Juga berpikir tentang keluarga. Pulang dan keluarga sudah tidak relevan lagi.
Makanya ada teori yang mengatakan, cara menangkap penjahat paling kakap itu gampang. Sanggongi saja rumahnya, hanya masalah waktu dia akan pulang ke manapun rumah dituju, apalagi jika ada anggota keluarga yang dituju. Makanya kalau mau jadi bandit sejati, jangan membangun keluarga, apalagi mempunyai konsep pulang.
Meski sangat dipercaya keluarga dapat membantu dan memelihara stabilitas dan kedamaian anggotanya. Karena banyak cinta dan kesetiaan di sana. Maka tidak berlebihan bila Mario Puzzo mengatakan; Kekuatan sebuah keluarga, laksana kekuatan kesatuan tentara, terletak pada kesetiaannya satu sama lain.
Karena, kalau ada apa-apa yang berdiri di samping kita paling pertama, tetaplah keluarga. Negara tidak akan masuk di wilayah ini .
Makanya di hari Fitri ini, kekuatan kesatuan tentara keluarga di seluruh Indonesia, sedang menguatkan barisannya masing-masing. Demi me-recharge lahir batinnya, sebelum berangkat dan kembali menyambut nasibnya sendiri-sendiri. Dengan semangat saling mendoakan dalam kebaikan dan kesabaran.
Met Lebaran semuanya, lahir batin dari kesatuan tentara keluarga Alie Machfudz Mashurie kami.
Panjang umur Idhul Fitri.
Artikel Terkait
Pulang dan Doa
Tujuan dan Perjalanan