JAKARTA, suaramerdeka-jakarta.com – Komunikolog Universitas Pelita Harapan, Emrus Sihombing menilai bahwa hasil survei elektabilitas yang dilakukan sejumlah lembaga kepada para kandidat bakal calon presiden merupakan potret sesaat saja.
Sebab, hasil tersebut tidak bisa mutlak menjadi acuan kemenangan seseorang dalam kontestasi politik, baik itu di Pilkada maupun Pilpres 2024.
“Itu hanya bahan untuk memprediksi elektabilitas pada Pilpres yang akan datang, boleh. Tetapi tidak mutlak eletabilitas yang tinggi, pada Pilpres kemudian menang, belum tentu,” ujar Emrus Sihombing di Jakarta, Minggu (17/7/2022).
Tidak hanya itu, dia juga menyebut jika elektabilitas seseorang tinggi merupakan hasil daripada kontruksi sosial yang diwacanakan, dan bahkan di framing sehingga menjadi perbincangan di ruang publik, terutama di media sosial.
Baca Juga: Siapa Margaret Aliyatul Maimunah yang Jadi Ketua Fatayat NU, Ternyata Bukan Orang Sembarangan
“Nah itulah saya sebut tokoh-tokoh yang semacam ini seperti padi yang tidak berisi. Kenapa? kalau padi berisi itu kan semakin merunduk. Tetapi, elektabilitas itu kan di wacana seperti padi yang lurus ke atas yang tidak ada isinya (kosong),” ungkapnya.
Lebih lanjut, ketika ditanyakan bagaimana dengan perolehan elektabilitas Ketua DPR RI Puan Maharani di sejumlah survei yang masih berada di papan bawah, Emrus menilai bahwa Puan merupakan sosok seorang pekerja keras, sehingga dalam keberhasilan kinerjanya acap kali tidak terpublikasi di ruang publik.
Bahkan, dari pengamatannya, putri Megawati Soekarnoputri ini tidak mengejar elektabilitas maupun popularitas dari setiap tindakan maupun kebijakannya. Emrus melihat, Puan tidak begitu mengoptimalkan atau memanfaatkan sosmed untuk membangun citra.
Baca Juga: Sistem Penanganan PMK Harus Diperbaiki, Perlu Tes Deteksi Dini Untuk Hewan
“Tapi kan orang harus lihat kinerjanya, sebagai anggota DPR RI, menjadi Ketua Fraksi PDI Perjuangan, Menko PMK, dan kini sebagai Ketua DPR RI. Sebagai Ketua DPR RI, banyak program prorakyat yang dikawalnya, seperti UU TPSK, dan mengawal RUU KIA, bukankah itu program kerakyatan,” terangnya.
Emrus Sihombing menyatakan, Puan Maharani bisa diibaratkan seperti padi yang merunduk karena bukan sosok seperti tokoh-tokoh yang lain yang menjadi perbincangan. Karena faktor itulah yang membuat persepsi masyarakat terhadap Puan tidak seperti tokoh lain yang sering terekspos oleh media.***