JAKARTA,suaramerdeka-jakarta.com
Wakil Menteri Agama Zainut Tauhid Sa’adi mengatakan bahwa kebudayaan Indonesia saat ini dihadapkan pada pusaran arus globalisasi yang sangat dinamis dan multi dimensional.
Meski demikian, Indonesia tidak memerlukan ”revolusi kebudayaan”, tetapi membutuhkan ”strategi kebudayaan” untuk bisa bertahan.
Pesan ini disampaikan Wamenag saat memberikan sambutan pada Multaqa Lembaga Seni, Budaya dan Peradaban Islam Majelis Ulama Indonesia. Kegiatan ini digelar sebagai rangkaian Milad ke-47 MUI yang diperingati setiap 26 Juli.
”Indonesia membutuhkan strategi kebudayaan untuk bertahan di tengah pusaran global,” terang Wamenag di Jakarta, Senin (1/8/2022).
Baca Juga: Aktivitas Sektor Riil Impresif, Bukti Ketahanan Ekonomi Domestik
Indonesia, kata Wamenag, memiliki pengalaman sejarah berkenaan dengan seni dan budaya yang pernah menjadi alat propaganda ideologi yang bertentangan dengan sila Ketuhanan Yang Maha Esa.
Tantangan saat itu dapat dijawab secara bijak dan persuasif oleh para seniman dan budayawan muslim dengan membentuk wadah yaitu:
Himpunan Seni Budaya Islam (HSBI) yang digerakkan oleh tokoh-tokoh seperti Buya Hamka, Bahrum Rangkuti, Junan Helmy Nasution, H. Sudirman, dan Lembaga Seni Budaya Muslimin Indonesia (LESBUMI) yang dilahirkan oleh tokoh-tokoh seniman Djamaluddin Malik, Usmar Ismail, Asrul Sani dan kawan-kawan.
Artikel Terkait
Wamenag : Ulama dan Ormas Islam adalah Mitra Keberhasilan Pembangunan Indonesia
Syeikh Abdullatif Terima Doktor Kehormatan, Wamenag Harap Perkuat Sinergi Indonesia dan Saudi
Wamenag: Masalah UAS Sebaiknya Bersikap Proporsional
Kutip Pesan Hamka saat Lantik Daiyah Parmusi, Wamenag: Dakwah Membina, Bukan Menghina
Soal Stupa Mirip Jokowi, Wamenag: Jangan Jadikan Simbol Agama Sebagai Bahan Olokan
Wamenag Sesalkan Kasus Holywings