JAKARTA, suaramerdeka-jakarta.com - Tren otomotif dunia yang mulai beralih ke kendaraan listrik, dipercaya akan membawa keuntungan bagi Indonesia.
"Kalau dilihat dari pasar yang ada sekarang, di ASEAN ini kita paling besar. Bahkan dibandingkan dengan Thailand, kita lebih besar," kata Staf Khusus Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Agus Tjahjana di Jakarta, Jumat (12/8).
Sebelumnya, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan, Indonesia bukan cuma memiliki pangsa pasar kendaraan listrik (EV) yang besar. Namun juga tempat manufaktur kendaraan listrik.
Sementara saat menerima ratusan kendaraan listrik yang akan digunakan pada KTT G-20, dia mengatakan hal itu menunjukkan komitmen Presidensi Indonesia menjadi lead by example. Yakni untuk isu transisi energi, lingkungan dan perubahan iklim.
"Dengan berbagai kebijakan yang telah diberikan tersebut, saya berharap agar utilitas EV dapat meningkat di kalangan masyarakat. Sehingga mampu memperkuat industri otomotif dalam negeri," tuturnya.
Dengan fasilitas yang ada, pemerintah berharap EV dapat dijual di dalam negeri dengan harga yang kompetitif. Dimana tentu bisa mendorong produksi EV di Indonesia.
Produsen
Oleh karenanya, Agus Tjahjana mendorong agar Indonesia tak hanya menjadi konsumen. Sebab, Indonesia sudah seharusnya bisa menjadi produsen.
"Apalagi, Indonesia merupakan penghasil nikel nomor satu di dunia. Hal ini bisa menjadi modal Indonesia bersaing sebagai pemain utama di kendaraan listrik," tandasnya.
Dia menambahkan, mobil listrik dalam perkembangan dan menuju penggunaan batre berbasis nikel kobalt dan mangan, NCM. Apalagi, nikel Indonesia jumlahnya sangat memadai dan nomor satu di dunia.
"Selain itu, pasar dalam negeri besar dan akan memerlukan baterai base nikel. Namun dalam masa transisi, Indonesia masih perlu berbenah untuk siap memproduksi maupun menggunakan mobil listrik," tegasnya.
Kalau ditanya apakah sudah siap, lanjutnya, masih belum. Sebab memang masih belum lengkap dan memerlukan waktu.
"Sebab, perubahan teknologi harus ada percepatan di berbagai area. Misalnya tentang infrastruktur, charging station, maupun harga dan desain mobil yang belum kompetitif," paparnya.
Kunci
Sementara itu, pakar ekonomi energi Universitas Gadjah Mada (UGM) Fahmy Radhi menilai, Airlangga Hartarto adalah kunci untuk perkembangan industri kendaraan listrik di Indonesia. Airlangga juga diharapkan mampu menyelaraskan dan mengharmoniskan berbagai pihak.
"Khususnya dari kementrian ataupun BUMN, untuk mempercepat akselerasi EV di Indonesia. Saya kira inilah peran dari Menko Perekonomian," jelasnya.