JAKARTA, suaramerdeka-jakarta.com - Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ke-17 G20 di Bali pada 15 hingga 16 November mendatang, bisa menjadi momentum bagi Indonesia. Khususnya untuk meningkatkan politik diplomasinya di dunia internasional saat ini.
"Indonesia bisa mendorong diakhirinya perang Rusia-Ukraina, yang sudah berlangsung selama 9 bulan ini," kata pakar hukum internasional Hikmahanto Juwana, kemarin.
Hal itu disampaikannya dalam dalam Gelora Talk Bertajuk Babak Baru perang Rusia-Ukraina dan apa dampaknya bagi Dunia? Indonesia juga bisa meminta semua negara yang bertikai berkomitmen menjaga perdamaian dunia.
"Sebab, dunia saat ini di ambang mata terjadinya perang Dunia (PD) III pasca bergabungnya Belarusia, China, Iran dan Korea Utara ke Rusia. Mereka melawan NATO, Amerika Serikat (AS) dan sekutunya dalam perang Rusia-Ukraina," ujarnya.
Menurutnya, ini momentum bagi dunia. Terutama bila Indonesia bisa mempertemukan kepala negara dan kepala pemerintahan dari negara-negara yang bertikai.
"Saya yakin, itu bisa menjadi nobel prize (penghargaan nobel) bagi Presiden Joko Widodo karena bisa menghadirkan perdamaian. Saya berharap, para diplomat Indonesia bisa mendukung upaya Presiden agar Presiden Rusia Vladimir Putin, Presiden AS Joe Biden dan Perdana Menteri Inggris Rishi Sunak hadir di KTT G20," tandasnya.
Bilateral
Kemudian, Presiden memfalitasi pertemuan bilateral antara kepala negara dan kepala pemerintahan yang hadir. Dimana pembicaraan cukup 30 menit saja, tidak perlu lama-lama.
"Tetapi, intinya negara-negara yang bertikai berkomitmen kepada perdamaian. Situasi KTT G20 di Bali saat ini mirip dengan situasi pertemuan Bretton Woods, New Hampshire pada 1944 pasca PD II," tegasnya.
Ketika itu, AS dan Inggris selaku pemenang PD II melahirkan tiga institusi keuangan dunia. Yaitu Dana Moneter Internasional (IMF), Bank Dunia, dan Organisasi Perdagangan Dunia (WTO), selain membentuk Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB).
"Pertemuan G20 ini, sama peristiwa sepertinya Bretton Woods tahun 1944. Negara pemenang berkumpul dan menentukan sistem dunia di masa datang," ucapnya.
Bedanya sekarang semua negara bertikai berkumpul. Kalau Indonesia bisa mempertemukan semua kepala negara dan pemerintahan, maka bisa tercipta perdamaian dunia.
Dia menilai, keberadaan PBB untuk menyelesaikan konflik atau sengketa antar negara sudah tidak efektif lagi. Karena tidak bisa mengambil keputusan secara langsung.
Diwakili
Dikatakan, PBB tidak efektif, karena hanya diwakili dubes. Sementara G20 dihadiri langsung kepala negara dan kepala pemerintahan.
"Sehingga akan cepat diambil keputusan. G20 ini sangat krusial, karena tidak ada forum lagi seperti itu dalam waktu dekat," ucapnya.