Yusuf Susilo Hartono Among Jiwo.

- Jumat, 11 November 2022 | 14:51 WIB
Pameran Among Jiwo oleh YSH (Tangkapan Layar )
Pameran Among Jiwo oleh YSH (Tangkapan Layar )

Hadir dalam pembukaan antara lain dari kalangan diplomat, pejabat permuseuman, aktivis media, budayawan, hingga para perupa dari Jakarta dan daerah. Sedangkan YSH, seperti biasa, didampingi istri dan kedua putrinya tercinta, serta adik-adiknya yang datang langsung dari Bojonegoro, Jawa Timur.

Tokoh dan Peristiwa Nasional di Kanvas YSH.

Mengenal sosok YSH yang lembah manah, adalah sebuah kehormatan bagi siapa saja, tak terkecuali bagi saya yang "baru" 20 tahun mengenalnya. Sebagai pewarta budaya senior, semua gelanggang kebudayaan dan kesenian sudah disaksikan dan dilaluinya. Karya drawing, lukis dan sajaknya, terutama guritnya, indah semua.

YSH bersama Affandi, 1987.
YSH bersama Affandi, 1987. (Dok YSH)

Jika kita ingin menemukan persona yang "walk the talk" atau orang yang melakukan atau berbuat sesuatu sesuai dengan perkataannya, YSH-lah manusianya.

Makanya tidak mengherankan, YSH mampu "menghadirkan" sejumlah tokoh nasional yang selalu hangat jadi pembicaraan publik kiwari, seperti Ketua Umum PDI-P Megawati Soekarnoputri, Presiden Joko Widodo, Capres Prabowo Subianto, Capres Anies Baswedan, dan lain sebagainya di Museum Nasional Jakarta. Dalam pameran "Among Jiwo" : Retrospeksi 40 Tahun Berkarya.

Kehadiran dan pertemuan para tokoh tersebut, tidak luring, melainkan dalam bentuk lukisan-lukisan pada kanvas kreasi YSH. Jokowi dan Mega, misalnya, digambarkan serupa buraq, karena "kecepatan" mantan Wali Kota Solo itu, melesat dari Gubernur DKI Jakarta, lalu pejabat partai itu menjadi Presiden RI. Tentu saja, berkat "kesaktian" Megawati. Sedangkan Prabowo dicitrakan tampil gagah naik kuda. Dan Anis Baswedan, digambarkan sebagai "Si Pangeran Biru".

Karya-karya itu menjadi bagian dari karya YSH berjumlah sekitar 200 karya berbagi ukuran dan medium, yang dipilih oleh kurator Dr.Anna Sungkar, dan dipajang dari tangg 9-13 November, di Gedung B, Museum Nasional.

Lukisan Mega-Jokowi, 2014
Lukisan Mega-Jokowi, 2014 (Dok YSH)

Digelar oleh Yayasan Duta Indonesia Maju pimpinan Lisa Ayodhia, dengan dukungan Museum Nasional, Jakarta Konsultindo (Jakkon) dan ArtMedia. Karya tersebut, pilihan dari ribuan karya YSH sejak 1982 sampai sekarang. Karyanya sebanyak itu merupakan hasil goresan mantan guru, sejak masih tinggal di kota kelahirannya Bojonegoro, Jawa Timur, hingga hijrah ke Jakarta 1986 sampai sekarang.

Dirjen Kebudayaan Hilman Farid mengatakan setelah 40 tahun berkarya, Yusuf adalah saksi nyata transformasi kebudayaan di Indonesia : mulai dari era Orde Baru, awal Reformasi hingga pemerintahan Presiden Joko Widodo.

"Dalam arti pameran ini juga menjadi semacam penghargaan bagi sang 'perupa tiga zaman' yang telah mendedikasikan dirinya, hidupnya, serta daya kreativitasnya di bidang seni rupa, juga jurnalistik dan sastra," katanya.

Kurator Dr. Anna Sungkar menambahkan, dalam pameran ini mantan wartawan seni Surabaya Post di Jakarta dan Pemred Majalah Visual Art akan menampilkan karya-karya seni rupa dalam bentuk sketsa, drawing, lukisan hingga instalasi.

YSH diapit istri dan dua anak wedok kinasihnya
YSH diapit istri dan dua anak wedok kinasihnya (Dok YSH)

Selain itu juga artefak dan memorabilia jurnalistik dan sastra (puisi) berupa buku-buku karyanya, klipping, hingga berbagai peralatan yang pernah dipakai bekerja pada era manual hingga digital, seperti mesin ketik, kamera, tape recorder, kaset rekaman, pager, telpon genggam hingga laptop model awal, dan kartu pers.

Hebatnya, di sela pameran digelar diskusi dengan pembicara pengamat seni rupa Agus Dermawan T, Bambang Bujono, dan kurator. YSH sendiri akan memberikan klinik sketsa. Dengan tema yang nggegirisi, yaitu "Dimanakah Posisi YSH dalam Peta Seni Rupa, Jurnalistik, dan Sastra Indonesia?" Yang digelas pada Kamis (10/11/2022) siang kemarin.

Diskusi ini ingin menegaskan secara halus, YSH hampir selalu hadir dalam tiga gelanggang penting itu secara laras; yaitu Seni Rupa, Jurnalistik, dan Sastra Indonesia. Karena yang bersangkutan memang seorang perupa yang handal, pewarta yang setia dan mumpuni, dan sastrawan yang berkedalaman.

Tidak berlebihan bila, Dr. Anna Sungkar mengatakan, karya-karya YSH merupakan catatan perjalanan hidup, kesan-kesan, renungan, pemikiran, dan respons atas masalah sosial yang sedang berkembang pada suatu waktu.

Pembukaan pameran Among Jiwo di Museum Nasional, Jakarta.
Pembukaan pameran Among Jiwo di Museum Nasional, Jakarta. (Dok YSH)

Halaman:

Editor: Budi Nugraha

Tags

Artikel Terkait

Terkini

Hammersonic, Mekah-nya Metal, dan Kuasa Slipknot.

Jumat, 24 Maret 2023 | 09:11 WIB

Kontrol Penggunaan Gadget pada Anak

Kamis, 23 Maret 2023 | 17:14 WIB

Begini Cara Menaikkan Citra di Sosial Media.

Kamis, 23 Maret 2023 | 11:47 WIB
X