PHE Jambi Merang Terapkan Inovasi Sosial Menuju Masyarakat Mandiri Cinta Bumi

- Sabtu, 12 November 2022 | 11:22 WIB
PHE Jambi Merang Terapkan Inovasi Sosial Menuju Masyarakat Mandiri Cinta Bumi (Istimewa )
PHE Jambi Merang Terapkan Inovasi Sosial Menuju Masyarakat Mandiri Cinta Bumi (Istimewa )

Jambi, Jakarta.Suaramerdeka.com,- PT Pertamina Hulu Energi (PHE) Jambi Merang, yang merupakan bagian dari Subholding Upstream Pertamina, PT Pertamina Hulu Rokan (PHR)-Regional Sumatera, Zona 1, berperan strategis dalam mengembangkan berbagai potensi masyarakat di sekitar wilayah operasinya. Hal itu ditunjukkan dengan kemampuan PHE Jambi Merang menerapkan inovasi sosial dan mereplikasi program Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL) menuju masyarakat mandiri cinta bumi.

Dua program andalan PHE Jambi Merang terkait lingkungan adalah Sekolah Cinta Bumi dan Pencegahan Kebakaran Hutan dan Lahan (Karhutla). Di luar itu, PHE Jambi Merang pun menjalankan program lain untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, seperti usaha produksi kompos organik, demplot tanaman dapur dan toga, pelatihan budidaya tanaman hortikultura seperti cabe, kunyit, dll, serta pengendalian hama terpadu.

Baca Juga: Polri, Sampai Kapan Kau Terus Merendahkan Dirimu Sendiri?.

“Kami juga memberikan pelatihan kesehatan masyarakat, pemanfaatan lidi sawit untuk kerajinan rumah tangga, pembentukan kelompok Keramba Jaring Apung (KJA) dan pendidikan anak warga Suku Anak Dalam (SAD) secara berkelanjutan,” ujar Handri Ramdhani, Manager Communication Relations & CID PHR-Regional Sumatera, di Jambi, Rabu (9/11/2022).

Handri mengatakan, PHE Jambi Merang saat ini memberdayakan warga dengan mereplikasi program Sekolah Cinta Bumi yang sebelumnya telah berjalan dengan baik di SDN Mendis, Kabupaten Musi Banyuasin, Sumatera Selatan. “Keberhasilan program di SDN Mendis kami replikasikan di SDN 2 Sukajaya di Desa Mekar Jaya, Kecamatan Bayung Lencir, menjadi Sekolah Cinta Bumi Bebas Plastik,” ujar Handri.

Baca Juga: Ferdy Sambo dan Kekuasaan.

Program Sekolah Cinta Bumi Bebas Plastik di SDN 2 Sukajaya dimulai pada 2019. Tujuan program ini adalah memupuk nilai peduli lingkungan sejak dini. Sejumlah langkah yang dilakukan mulai dari pemanfaatan sampah plastik menjadi berbagai kerajinan, bank sampah siswa, budidaya tanaman hidroponik, pembuatan instalasi pengolahan air limbah kantin untuk menyiram tanaman di sekolah, serta pengolahan lidi sawit menjadi piring makan. “Untuk menerapkan program bebas plastik ini juga dibagikan tempat makan dan minum kepada siswa untuk menghindari sampah plastik sekali pakai,” ujar Sukasmino, Kepala SDN 2 Sukajaya.

Menurut Sukasmino, Program Sekolah Cinta Bumi Bebas Plastik ini juga berdampak pada orangtua dan keluarga siswa, karena secara tidak langsung mereka ikut memilah sampah terutama berkaitan dengan bank sampah. Sampah yang dipilah tersebut dapat ditukarkan dengan alat tulis, buku serta uang yang akan dicatatkan dalam buku tabungan. “Sampah plastik, kardus, kertas, dan aluminium ini dapat ditukarkan di bank sampah. Kegiatan penukaran di bank sampah tersebut dilakukan setiap Sabtu,” terangnya.

Baca Juga: Ferdy Sambo dan Wajah Kepolisian Kita

Sampah yang ditukarkan tersebut dihargai Rp 2.000 per kilogram untuk botol plastik, cup plastik Rp 2.000 per kilogram, kertas dan kardus Rp 3.000 per kilogram, aluminium Rp 4.000 per kilogram. Sampah tersebut akan dijual kepada pengepul. “Sampah yang dijual ada tiga jenis, botol plastik, kardus, dan kertas,” ujar Kholita, Guru SDN 2 Sukajaya.

Tak hanya itu, SDN 2 Sukajaya juga membuat pos penjaga dari ecobrick yang berasal dari botol plastik bekas air minum kemasan yang diisi dengan sampah plastik. Dengan ecobrick, lanjut Sukasmino, sekolah hemat biaya dalam membuat pos penjaga karena tidak perlu lagi membeli batu bata.

Baca Juga: Omerta

Program replikasi berikutnya adalah pecegahan Karhutla. Sukses dengan pemberdayaan Kelompok Tanggap Api Desa Mendis (Ketan Adem) yang melakukan mitigasi dan penanggulangan karhutla, PHE Jambi Merang mereplikasinya pada program Regu Peduli Air (REPAIR). “Ini adalah replikasi program dalam restorasi lahan gambut untuk mencegah karhutla,” kata Handri.

Di Desa Muara Medak, Kecamatan Bayung Lencir, karhutla menjadi masalah klasik dan selalu mengganggu warga masyarakat yang hidup di sekitar lahan gambut. Tidak hanya menganggu kesehatan, api dan asap juga mengancam keselamatan warga desa. Sistem penanggulangan bencana kebakaran yang ada tidak mampu mengatasi api. Wargapun lebih sering ikhlas menerima kenyataan pahit menghirup asap kebakaran sambil terus mengawasi si jago merah agar tidak menjalar ke pemukiman.

Halaman:

Editor: Budi Nugraha

Tags

Artikel Terkait

Terkini

Prakiraan Cuaca Besok Senin, 27 Maret 2023

Minggu, 26 Maret 2023 | 13:50 WIB

Kesusilaan dalam Media Sosial adalah Kunci

Minggu, 26 Maret 2023 | 12:51 WIB
X