MAGELANG, suaramerdeka-jakarta.com - Tetangga di kampung meninggal mendadak di usia 53 tahun. Ayah tiga anak ini sehari-hari adalah petani dan pekerja serabutan. Lahan yang dimiliki tak seberapa.
Oleh karenanya ia juga menjadi tukang cangkul atau buruh bangunan. Pekerjaan serabutan ini setidaknya mampu memberinya penghasilan rata-rata Rp100 ribu setiap hari. Penghasilan yang hanya bisa untuk memenui kebutuhan hidup minimal.
Warga Dusun Nepak, Desa Bulurejo, Kabupaten Magelang, ini menjadi tulang punggung keluarga.
Untuk menambali kebutuhan, isterinya berjualan makanan dibantu tiga anaknya yang masih sekolah setingkat SMK, SMP, dan SD. Di kampung bisa dikatakan keluarga ini cukup sejahtera karena juga memiliki sepeda motor, televisi, dan relatif bisa bersosial secara wajar.
Baca Juga: Institut Transportasi dan Logistik Trisakti Gelar Wisuda Secara Onsite
Namun kematian ayah sebagai penopang utama ekonomi bukan sekedar menurunkan penghasilan keluarga. Tetapi juga mematikan mimpi anak-anaknya. Bisa saja si sulung lalu harus berhenti sekolah dan memilih bekerja.
Sementara adik-adiknya lalu mengubur keinginan untuk sekolah hingga perguruan tinggi. Secara statistik keluarga itu bisa turun kelas dari keluarga sejahtera menjadi keluarga miskin.
Keluarga dengan penghasilan pas-pasan kecil kemungkinan memiliki tabungan karena penghasilannya habis, bahkan kurang, untuk mencukupi kebutuhan.
Baca Juga: Presiden Jokowi: Indonesia Siap Jadi Tuan Rumah Olimpiade 2036 di IKN
Artikel Terkait
Jadikan BPJS Kesehatan Syarat Jual-Beli Tanah Bertentangan dengan Hak Azasi
BPJAMSOSTEK Kembali Raih Opini WTM, Selama Pandemi Bayar Klaim Rp42,78 triliun kepada Peserta
BPJS Kesehatan Terbukti Menyejahterakan, Ini Cara Sajarwo Mengajak Orang Mendaftar
Dengan BPJS Kesehatan Orang Lebih Sejahtera, Ini Cara Sajarwo Mengajak Mendaftar
Reach for Great, Kampanye Asuransi Great Eastern untuk Perlindungan Menyeluruh