Ada Kendala di Satu Provinsi, Baru Pada Januari, Angka Prevalensi Stunting 2022 Diumumkan

- Rabu, 14 Desember 2022 | 15:42 WIB

BANDUNG, jakarta.suaramerdeka.com - Angka prevalensi stunting nasional 2022 baru akan diumumkan pada Januari mendatang. Menurut Menkes, keterlambatan itu di antaranya karena adanya kendala kegiatan survei di salah satu provinsi.

"Semua sudah beres kecuali satu provinsi, ada satu provinsi yang enggak mau disurvei," jelas Budi Gunadi Sadikin saat memberikan sambutan pada Jabar Stunting Summit 2022 di Gedung Sate Bandung, Rabu (14/12/2022).

Menurut dia, sedianya hasil survei tersebut bakal diumumkan pada Desember 2022. Langkah tersebut menjadi tolakan pihaknya di antaranya guna program pengentasan kasus gagal tumbuh tersebut.

Menkes tak menyebutkan nama provinsi tersebut. Dalam perkembangannya, hal itu bisa diatasi. Pihaknya menyebut detail angka prevalensi itu mencakup hingga kabupaten dan kota.

Baca Juga: Turunkan Stunting, Uu Sebut Komitmen Kolaborasi Antardaerah Perlu Lebih Erat

"Sebentar lagi keluar sebenarnya, sudah ada hasilnya tapi agak tertunda sedikit karena ada satu provinsi yang ketinggalan tapi mudah-mudahan Januari udah bisa keluar," jelasnya.

Salah satu program yang siap lebih dintensifkan adalah memprioritaskan sang ibu terutama pada tahapan sebelum melahirkan. Faktor kesehatannya harus benar-benar diperhatikan.

"Dari sisi kesehatan, paling tinggi itu ibunya yang mesti diurus. Begitu ibu hamil jangan sampai kekurangan gizi," jelas Budi Gunadi Sadikin.

Baca Juga: Cegah Stunting, Remaja Diminta Tak Nikah Dini

Di tempat yang sama, Gubernur Jabar, Ridwan Kamil optimis penanganan stunting yang selama ini dilakukan bisa menekan kasus gagal tumbuh di wilayahnya. Dia pun berharap itu bisa terekam dalam hasil survei yang bakal segera dirilis itu.

Prevalensi balita stunting Jabar sendiri mencapai 24,5 persen pada 2021. "Feeling saya turun, sesuai dengan kerja-kerja yang dilakukan yang menurut saya sangat luar biasa," katanya.

Dia pun sepakat bahwa penanganan stunting memang harus memprioritaskan sang ibu. "Prioritas terpenting dalam mengatasi ini bukan bayinya, proses pertama itu di ibu hamilnya dan ibu sebelum menikah kalau itu bisa dikejar di awal, dicegah, bayi-bayinya jauh lebih sehat ketimbang kita fokus kepada bayinya," jelasnya.

Baca Juga: Program Pencegahan dan Penanganan Stunting Harus dilakukan secara Berkesinambungan

Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) Tahun 2022 yang dilakukan Kemenkes disebutkan tidak hanya untuk mendapatkan ukuran prevalensi stunting, namun juga pada data wasting, underwight, dan overweight.

Halaman:

Editor: Budi Nugraha

Tags

Artikel Terkait

Terkini

X