JAKARTA, suaramerdeka-jakarta.com - Operasi darat atau sosialisasi secara langsung kepada masyarakat, perlu dan relevan bagi partai politik dan juga elitnya. Meskipun saat ini media sosial dan digital berkembang pesat, sebagai sarana penyebar informasi.
"Indonesia memasuki masa transisi. Transisi menuju era digital memang dilakukan, tetapi tidak mayoritas melakukan itu," kata Peneliti Ahli Utama Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Siti Zuhro, Selasa (20/12).
Karena itu, parpol dan elit sadar kalau operasi darat ini masih diperlukan. Jadi, pertemuan offline, langsung dengan masyarakat masih diperlukan untuk yang tidak bisa diatasi dengan opsi digital.
"Dengan pertemuan tatap muka, maka pesan yang disampaikan bisa diketahui feedback-nya secara langsung. Elit partai bisa melihat mimik wajah, kesungguhan dari kader mereka," ujarnya.
Mungkin karena selama ini terbiasa dengan model offline, namun hampir tiga tahun melakukan model yang lebih digital, hybrid. Hanya saja, sekarang mulai berkembang lagi lebih ke bertemu langsung.
Salah satu partai politik yang tengah membangun sosialisasi dengan metode operasi darat yakni Partai Golkar. Sekjen Golkar Lodewijk F Paulus turun langsung ke daerah, dalam kegiatan rekrutmen anggota Golkar baru.
Sosialisasi
Dimana hal itu disebut Pasukan Operasi Darat di tiga kelurahan se Kota Bandar Lampung. Dia meminta kader Golkar yang baru direkrut agar menyosialisasikan Ketua Umum Golkar Airlangga Hartarto sebagai calon presiden.
Saat ini, Golkar tergabung dalam Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) bersama Partai Amanat Nasional dan Partai Persatuan Pembangunan
Soal capres, Golkar mantap mengajukan Airlangga. Meski begitu, belum ada kesepakatan dari KIB. Bahkan menurut Zuhro, KIB dalam berkoalisi masih terkesan jalan sendiri-sendiri.
"Jika Golkar masih mantap mengusung Airlangga, seluruh cara harus dilakukan. Apalagi obsesi Golkar ingin mencalonkan kadernya sendiri, yang notabene adalah ketumnya, yaitu Airlangga," tandasnya.
Sementara itu, Direktur Eksekutif Indonesia Political Review (IPR) Ujang Komarudin menilai, penggunaan strategi darat dan udara dalam pengenalan kandidat atau calon tidak dapat dilepaskan satu sama lain. Dimana dua-duanya digunakan.
Akademisi dari Universitas Al-Azhar Indonesia itu juga mengungkap strategi darat bertumpu pada cara-cara konvensional. Yakni seperti silaturahmi, kunjungan, mendatangi tokoh-tokoh masyarakat, membuat baliho ataupun spanduk.
Kreatif
Sedangkan cara udara bertumpu pada upaya kreatif di media sosial. Yaitu untuk bisa melakukan sosialisasi atau kampanye terkait prestasi atau keberhasilan seorang calon.
"Kedua strategi ini diharapkan secara bersamaan, beriringan untuk bisa menopang satu sama lain," tegasnya.