BMKG: Fenomena Yang Terjadi di Periode Akhir Tahun Bukan Badai Dahsyat Tapi Hujan Ekstrem

- Selasa, 27 Desember 2022 | 17:53 WIB
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyatakan fenomena yang terjadi di periode akhir tahun adalah hujan ekstrem (Foto: Arief Sinaga/Suara Merdeka Jakarta)
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyatakan fenomena yang terjadi di periode akhir tahun adalah hujan ekstrem (Foto: Arief Sinaga/Suara Merdeka Jakarta)

 

JAKARTA,suaramerdeka-jakarta.com-
Sebelumnya viral pernyataan Peneliti Klimatologi pada Pusat Riset Iklim dan Atmosfer Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Erma Yulihastin memprediksi banjir akan melanda kawasan Jabodetabek akibat potensi "hujan ekstrem" dan "badai dahsyat" pada Rabu (28/12).

Alih-alih sepakat dengan istilah potensi 'badai dahsyat' di Jakarta, Bogor, Depok, Tanggerang, Bekasi (Jabodetabek), Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyatakan fenomena yang terjadi di periode akhir tahun adalah hujan ekstrem.

Kepala BMKG Dwikorita Karnawati menerangkan terminologi 'badai' lebih terkait dengan Siklan Tropis dengan pusaran yang kencang dan disertai hujan lebat. Namun, badai itu berpotensi menjauh dari Jabodetabek dan bergeser ke wilayah Utara Papua.

"Nah itu dideteksi akan terjadi tadi di wilayah sebelah utara Papua," kata Dwikorita secara virtual, Selasa (27/12).

Baca Juga: Antisipasi Badai Dahsyat 28 Desember, Pemprov DKI Persilakan Perusahaan Terapkan WFH

Ia menjelaskan proses terbentuknya siklon tropis sudah terjadi sejak 21 Desember lalu dan kemungkinan akan bergeser juga ke bagian selatan barat Indonesia dan semakin jauh dari Jabodetabek.

Kepala BMKG Dwikorita Karnawati menerangkan terminologi 'badai' lebih terkait dengan Siklan Tropis dengan pusaran yang kencang dan disertai hujan lebat
Kepala BMKG Dwikorita Karnawati menerangkan terminologi 'badai' lebih terkait dengan Siklan Tropis dengan pusaran yang kencang dan disertai hujan lebat (Screenshoot instagram@infobmkg)

Sementara itu kata mantan Rektor Universitas Gadjah Mada (UGM) ini, 'hujan ekstrem' tak harus berbentuk 'badai'.

"Hujan ekstrem itu tidak harus berupa badai dan hujan ekstrim itu tadi diprediksi dimulai, mulai jadi tren yang sudah terlihat ya sudah terlihat sejak 21 Desember dan trennya ini semakin meningkat di 29 (Desember). Jadi itu hujan lebat, bukan pusaran," cetusnya.

Apakah puncak hujan ekstrem di Jabodetabek itu terjadi di 28 Desember?

Dwikorita pun menunjukkan peta prakiraan cuaca. Ia menunjuk warna merah sebagai tanda cuaca buruk yang sedang terjadi di wilayah Jawa Tengah dan Laut Jawa yang berkembang hingga Jawa Timur.

Baca Juga: AirNav Indonesia Layani 36.203 Penerbangan, 7 Hari Periode NATARU 2022

Sementara, kata dia, "Jawa Barat atau Jabodetabek itu 28 Desember itu masih hijau ya ringan sampai sedang begitu

Halaman:

Editor: Arief Sinaga

Tags

Artikel Terkait

Terkini

Pertumbuhan Utang Indonesia Dinilai Tak Masuk Akal

Selasa, 21 Maret 2023 | 10:49 WIB
X