PERSOALAN akses seperti jadi buah bibir di Jabar dalam dua pekan ini. Peresmian Masjid Raya Al Jabbar, Gedebage, Kota Bandung pada dua pekan lalu diikuti dengan antusiasme tinggi masyarakat yang ingin mendatanginya.
Apa daya, akses yang tak memadai, ruas jalan yang cenderung sempit, papasan pun bisa rumit, belum lagi lokasi mesjid yang dekat dengan perlintasan sebidang dengan kereta api membuat minat itu dibalur persoalan kemacetan yang ruwet.
Di sisi lain, Pemprov Jabar terus menggelorakan pesonanya dengan menyebut masjid raya provinsi itu makin aktif digunakan untuk kegiatan majelis taklim. Contoh yang disajikan seperti dikutip dari siaran pers mereka adalah pada saat Ketua DKM yang juga Gubernur Jabar, Ridwan Kamil ikut hadir dalam kegiatan pengajian tersebut pada Minggu (15/1/2023) lalu. Karena itu, jemaah yang hadir diklaim mencapai 10 ribu orang. Contoh kegiatan serupa lainnya tak disebutkan.
Di hari yang sama, hampir seharian, mencermati grup pesan pendek dinas perhubungan, terkesan jibaku petugas dalam mengatur dan menginformasikan kondisi yang semrawut karena pengunjung hingga PKL yang susah diatur serta akses ke mesjid yang makin dijejali pengunjung. Video-video dari lapangan rajin begitu diunggah.
Baca Juga: Kompak, Baznas se-Indonesia Gelar Khataman Quran di HUT ke-22
Ridwan Kamil kemudian mencoba memberi solusi. Warga diminta tak terpusat dari Jalan Cimincrang tapi via Jalan Gedebage Selatan via Summarecon. Dia juga mengaku bakal mendorong pembukaan akses utama via Km 149 Tol Purbaleunyi, pembuatan akses dari Jalan Sukarno-Hatta, dan jalan baru dari pinggir baru pinggir rel dari Gedebage.
Solusi pertama mungkin bisa dicoba kendati tentu saja jangan berharap terlalu banyak. Alternatif selebihnya jelas butuh waktu. Apakah bisa dikejar secara intensif sehingga bisa jadi pemecah keruwetan akses bermasalah tersebut, juga jangan terlalu diharap-harap secepatnya hadir apalagi sampai simsalabim.
Tentu kita berharap yang terbaik, terlebih dengan gairah masyarakat yang ingin menyaksikan kemegahan dan kemewahan mesjid raya tersebut. Tapi mengimbanginya dengan kesabaran sepertinya tak ada salahnya. Tak ada kelirunya pula, jadi warga negara yang baik. Responnya itu dibarengi geleng-geleng kepala juga tak dilarang kok. Ya kan?
Karena perlu diingat, untuk persoalan akses, bukan sekali ini saja terjadi yang berkaitan dengan pembangunan infrastruktur di Jabar. Untuk akselerasi Jabar selatan misalnya yang belakangan ini bakal digenjot pembangunannya mulai tahun lalu, akses sudah jadi hikmah terbesar. Jadi kunci untuk berkembang sehingga pusat ikut pula mendorongnya dengan aturan khusus dan dana triliunan.
Jauh sebelumnya adalah Bandara Kertajati, Majalengka. Optimalisasinya juga cenderung terhambat. Padahal bangunannya sudah berdiri megah dan mewah serta bikin kagum juga. Pemindahan rute-rute dari Bandara Husein Sastranega ke Bandara Kertajati pada Juli 2019 pun sempat dilakukan. Dalam perkembangannya, langkah yang disebut penataan penerbangan tersebut cenderung tak bertahan lama.
Faktor utama penyebabnya adalah pada akses menuju bandara internasional tersebut yang tak menyamankan penumpang. Feeder pun jarang. Soal akses yang belum memadai terutama dari Bandung sebagai pangsa pasar terbesar penggunanya ini, yang kemudian menjadikan "gemerlap" Kertajati itu seperti perlahan memudar.
Baca Juga: Menkopolhukam Mahfud MD Didesak Selesaikan Sengketa HostileTake Over Tambang Nikel
Pengerjaan akses memang dikebut. Sudetan dari Tol Cipali langsung ke Kertajati sudah rampung pada akhir 2021. Tinggal kemudian kuncinya adalah Tol Cileunyi-Sumedang-Dawuan (Cisumdawu). Ini pun semestinya rampung akhir 2022. Tapi baru segmen dari Cileunyi-Sumedang-Cimalaka saja yang kemudian sudah bisa dijajal di tahun ini.
Artikel Terkait
Tak Mau Kalah dengan Solo, RK Sebut Masjid Raya Al Jabbar Bisa Tampung 50 Ribu Jemaah
Resmikan Masjid Raya Al Jabbar, Ridwan Kamil : Cikal Bakal Perkembangan Peradaban Islam di Jawa Barat
Kunjungan ke Masjid Al Jabbar Sisakan Sampah, Kolam Jadi Arena Bermain, RK: Dimaklumi Tapi Tak Bisa Dibiarkan