JAKARTA, suaramerdeka-jakarta.com - Seperti yang menjadi komitmen dalam Dokumen Abu Dhabi untuk Perdamaian Dunia yang ditandatangani oleh Paus Fransiskus dan Imam Besar Al Azhar Syaikh Ahmad Al Thayyib pada 2019 lalu.
Sekretaris Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Abdul Mu'ti menyampaikan bahwa dokumen ini memberikan kepada kita banyak sekali pelajaran, betapa agama itu berbeda secara ritual tetapi memiliki banyak persamaan dan pandangan, terutama mengenai persoalan kemanusiaan.
"Pengantar dari Dokumen Abu Dhabi ini, poinnya adalah satu hal penting yaitu One Humanity, One Responsibility," ujarnya di Universitas Katolik Indonesia (Unika) Atma Jaya Jakarta pada Rabu, 25 Januari 2023.
Karena itu, lanjut Mu'ti, ketika Dokumen Abu Dhabi bicara mengenai kemanusiaan. Tentu saja kemanusiaan dalam konteks ini adalah manusia sebagai makhluk Tuhan yang sangat mulia dan mahkluk Tuhan yang memiliki hak-haknya meraih kebahagiaan dan kedamaian dalam kehidupannya.
"Dalam konteks ini, Dokumen Abu Dhabi mengangkat kemanusiaan itu, tidak sekedar persoalan-persoalan etika tetapi berhubungan dengan etik," tuturnya.
Selain itu, dokumen ini juga menekankan bahwa manusia itu lahir ke dunia sebagai makhluk Tuhan yang bebas, makhluk Tuhan yang merdeka.
"Sehingga, tidak boleh atas nama apapun manusia memperbudak antar umat manusia, manusia menjajah manusia lainnya atau manusia memperdagangkan demi kepentingan-kepentingan yang bersifat jangka pendek," tekannya.
Menurutnya, ini merupakan pesan penting yang sekarang ini menjadi tantangan dunia yang luar biasa. Tantangan dunia di mana kita juga mengalami dan melihat banyak sekali manusia yang kelaparan.
"Sementara sebagian besar manusia itu, membuang-buang makanan karena berlebih-lebihan. Ini masalah yang diangkat di dokumen ini dan itu, masalah kita yang serius," ungkapnya.